Mohon tunggu...
Azka Meihwa
Azka Meihwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - DPR

Saya sangat suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bagaimana Interaksi Online Membentuk Perilaku Sosial dan Psikologis Kita

31 Desember 2024   18:58 Diperbarui: 31 Desember 2024   18:57 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Interaksi digital saat ini telah mengubah cara kita berkomunikasi, berhubungan, dan membentuk identitas sosial. Melalui platform seperti media sosial, aplikasi pesan, dan berbagai ruang digital lainnya, orang dapat saling terhubung secara instan tanpa terbatas oleh jarak. Meskipun ini membuka peluang besar untuk memperluas jaringan sosial, dampaknya terhadap kualitas hubungan yang terbentuk cukup signifikan. Interaksi yang terjadi di dunia maya sering kali lebih dangkal dibandingkan dengan komunikasi tatap muka, karena terbatasnya ekspresi non-verbal seperti bahasa tubuh atau intonasi suara yang tidak dapat ditiru dalam teks atau gambar. Hal ini membuat hubungan yang terbentuk di media sosial cenderung lebih terstruktur dan tidak menunjukkan kedalaman emosional. Selain itu, banyak individu merasa terpengaruh oleh fenomena perbandingan sosial yang sering muncul di media sosial. Ketika melihat kehidupan orang lain yang tampaknya sempurna, seseorang sering kali merasa tidak puas dengan hidupnya, bahkan muncul perasaan iri yang pada akhirnya menumbuhkan fenomena fear of missing out (FOMO), di mana individu merasa terisolasi dan tidak cukup baik jika tidak mengikuti standar yang ditampilkan oleh orang lain di dunia maya.

Selain mempengaruhi hubungan sosial, interaksi digital juga memiliki dampak yang cukup besar pada kesehatan mental individu. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kecemasan, depresi, dan stres. Fenomena ini seringkali muncul karena adanya kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain melalui "likes" atau komentar. Hal ini membuat harga diri seseorang menjadi rapuh, tergantung pada validasi eksternal yang diperoleh dari media sosial. Selain itu, tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya, seperti memposting gambar atau konten yang disaring sedemikian rupa, bisa memicu ketegangan psikologis. Mereka yang merasa tidak dapat memenuhi standar kecantikan, kesuksesan, atau kebahagiaan yang ditampilkan oleh orang lain di platform digital bisa merasa terpuruk, bahkan mengalami gejala-gejala depresi atau kecemasan sosial. Meski demikian, media sosial juga memberikan ruang bagi sebagian orang yang merasa kesepian atau terisolasi untuk menemukan dukungan. Banyak komunitas online yang menyediakan tempat bagi individu untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari orang lain yang memiliki pengalaman serupa.

Perubahan besar yang dibawa oleh interaksi digital juga mempengaruhi dinamika sosial dalam konteks yang lebih luas. Media sosial kini tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi, tetapi juga menjadi alat untuk membentuk opini publik dan menggerakkan gerakan sosial. Kampanye-kampanye seperti #MeToo, #BlackLivesMatter, dan #ClimateChange menunjukkan bagaimana media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyuarakan isu-isu sosial dan politik yang penting. Namun, interaksi digital juga memiliki potensi untuk memperburuk polarisasi sosial. Di dunia maya, individu cenderung hanya berinteraksi dengan orang yang memiliki pandangan yang sama, yang akhirnya memperkuat echo chambers dan memperburuk polarisasi ideologi. Hal ini dapat menambah ketegangan dalam masyarakat, apalagi ketika individu terpapar informasi yang tidak benar atau hoaks yang cepat menyebar di media sosial. Pada tingkat global, interaksi digital membuka kesempatan untuk pertukaran budaya yang lebih luas, memungkinkan orang dari berbagai latar belakang untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka. Namun, hal ini juga dapat memunculkan masalah, seperti salah paham budaya atau kekerasan verbal, yang lebih sering terjadi karena anonimitas yang ditawarkan oleh dunia maya.

Secara keseluruhan, interaksi digital memiliki dampak yang cukup kompleks terhadap kesehatan mental dan perilaku sosial. Media sosial membuka peluang untuk memperluas jaringan sosial dan memberdayakan individu, namun di sisi lain juga membawa tantangan besar, terutama bagi kesehatan mental dan kualitas hubungan sosial. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mengembangkan literasi digital, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi dengan bijak dan sehat. Melalui perspektif sosiologi, kita bisa lebih memahami bagaimana struktur sosial, budaya, dan teknologi saling berinteraksi dan membentuk pengalaman digital individu. Dalam hal ini, peran keluarga, komunitas, dan kebijakan publik sangat penting dalam mengelola dampak media sosial terhadap kesehatan mental. Pendidikan yang mengajarkan penggunaan media sosial yang sehat dan kesadaran tentang potensi dampak negatifnya dapat membantu mengurangi risiko gangguan psikologis akibat dunia digital.

Secara keseluruhan, interaksi digital telah merubah cara kita berkomunikasi, berhubungan, dan memandang diri kita sendiri. Walaupun media sosial memberikan banyak manfaat, seperti memperluas konektivitas dan memberi ruang bagi suara-suara yang terpinggirkan, ia juga membawa tantangan besar bagi kesehatan mental dan perilaku sosial. Dengan memahami dampak interaksi digital dari perspektif sosiologi, kita bisa lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi dan menciptakan ruang digital yang lebih sehat, aman, serta mendukung kesejahteraan sosial dan psikologis kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun