Ilmu pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang makin pesat sehingga memberikan dampak yang signifikan kepada masyarakat, termasuk kepada generasi muda atau yang lebih kita kenal sebagai generasi Z. Dampak dari berkembangnya teknologi tersebut membuahkan hasil berupa media-media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan media sosial lainnya yang memudahkan masyarakat untuk berinteraksi di mana pun dan kapan pun tanpa ada batasan (Nugraha et al., 2015). Media sosial merupakan platform daring yang memungkinkan penggunanya dapat saling berbagi informasi secara daring, termasuk berdiskusi, bekerja sama, melakukan kreativitas, dan berkomunikasi dengan pengguna lain dalam bentuk interaksi sosial lainnya secara virtual (Fitriani, 2021; Nasrullah dalam Setiadi, 2016).
Di tengah era digital seperti saat ini, media sosial telah menjadi platform utama yang banyak digunakan masyarakat untuk saling berkomunikasi meskipun dalam jarak jauh. Media konvensional seperti media cetak, koran, majalah, tabloid, komik, foto dua dimensi, dan lain sebagainya digunakan sebagai komunikasi manusia di masa lalu. Namun, kini setelah media digital mengambil alih, mobilitas masyarakat telah berubah, mereka dapat mengekspresikan diri mereka dengan lebih bebas dan kreatif (Ramadhani et al., 2024). Kecanggihan-kecanggihan fitur di media sosial menciptakan budaya baru dalam berkomunikasi, berekspresi, dan menyampaikan pesan antarsesama penggunanya, yaitu penggunaan Meme (Purba, 2023).
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan Meme sebagai gambar yang diubah dengan menambahkan frasa atau teks sehingga menjadi lucu atau bisa juga berupa potongan gambar dari film, acara televisi, dan media lainnya (Rahayu et al., 2019). Meme internet sering kali dibagikan antarsesama pengguna media sosial dengan pesan-pesan lain berdasarkan berita atau isu yang sedang menjadi tren di masyarakat dan diperdebatkan oleh para netizen di media sosial (Dewi, 2019b).
Masyarakat sering kali mengunggah gambar Meme di akun pribadi pada media sosial mereka karena Meme internet cenderung memiliki konteks yang lucu dan menghibur sehingga Meme mudah sekali ditemukan (Anugrah & Azis, 2022). Namun, tidak jarang juga masyarakat Indonesia mengunggah Meme sebagai sindiran atau menyampaikan kritik karena pendekatan ini bersifat lebih menyenangkan (Danisa et al., 2024). Sebagai contoh, terdapat Meme yang beredar memuat unsur sindiran, kritikan, bahkan ejekan terhadap kandidat, politikus, dan pemerintah terkait dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 saat menjelang pemilihan presiden pada tahun 2019 lalu (Dewi, 2019a). Namun, karena terlalu banyak orang-orang menggunakan Meme sebagai candaan, mereka tidak lagi dapat berpikir rasional terhadap topik mana yang bisa dijadikan Meme atau tidak (Judhita, 2015).
Meme tidak hanya digunakan sebagai hiburan dan sindiran atau kritikan saja, tetapi Meme juga dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dan mengekspresikan diri serta menyampaikan pesan dengan cara yang sederhana dan menghibur (Suhantoro & Sufyanto, 2024). Meme yang didasari informasi yang terkait dengan peristiwa yang sedang tren secara tidak langsung berubah fungsi menjadi salah satu alat penyebaran informasi (Wisnusyah et al., 2020). Pesan pada Meme dibuat dengan format ringkas yang memanfaatkan gambar atau tulisan yang dikenal luas sehingga para penikmat Meme mudah tertarik dan lebih paham dengan informasi tersebut.
Selain itu, pesan yang disampaikan pada Meme dibungkus dengan humor yang membuat informasi jadi lebih menarik dan mudah diingat. Dikutip dari (Kumparan.com), akun seperti @MemeComicIndo di Twitter dan @poliklitik di Instagram menggunakan Meme untuk mengkritik kebijakan pemerintah. Dengan menggunakan pendekatan yang lucu dan informatif, Meme dapat menarik perhatian anak-anak muda seperti generasi Z untuk lebih mengenal isu-isu atau tren-tren yang sedang terjadi. Hal ini juga berarti Meme memiliki relevansi terhadap isu-isu terbaru. Berkaitan dengan pengertian menurut Andriani (2019) yang menyebutkan bahwa Meme merupakan unit informasi mengenai kejadian, pengalaman, dan pemaknaan tentang fenomena sosial. Foucault juga mengatakan dalam Latif et al. (2022), selain dijadikan sebagai ekspresi atau konten, Meme juga membentuk suatu budaya yang mengandung makna di dalamnya.
Meme di media sosial ternyata memiliki elemen pesan yang memungkinkan masyarakatnya dapat memberikan informasi kepada khalayak dengan cara lebih menarik. Meme memiliki sifat yang mudah dibagikan, hanya dengan mengunggah gambar di media sosial sehingga pesan yang terkandung dalam Meme lebih cepat tersebar dan viral. Keberhasilan pesan yang ditangkap audiens juga tergantung pada relevansi suatu fenomena sosial dan tampilan gambar yang menarik perhatian. Oleh karena itu, Meme menjadi salah satu alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, V. W. (2019). Meme Politik Setya Novanto Sebagai Representasi Demokrasi Digital Di Indonesia: Analisis Wacana Kritis. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 3(2), 231. https://doi.org/10.14421/ajbs.2019.03205