Mohon tunggu...
Azka NaaziraWardhana
Azka NaaziraWardhana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Hobi: menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memories of Miami

16 September 2023   05:05 Diperbarui: 16 September 2023   05:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"You never know what you have, until it's gone"

Kakak adalah seseorang yang selalu aku kagumi. Kakak sudah ada sejak aku lahir. Kakak sudah berhadapan dengan tantrum ku sejak kecil. Namun sekeras apapun aku merengek, kakak memasang wajah sabarnya dan berusaha keras untuk mentoleransi keinginanku yang tentunya tidak sejalan dengan kakak. Kakak lah yang mengajari ku berjalan. Kakak mengajakku berjalan di sekitar The River of Miami sambil bertukar cerita. Terkadang kakak juga mengajakku memancing!

Kakak yang mengantarku sekolah. Kakak yang menjemputku dari sekolah. Sekolahku, Sunset Elementary School, sedikit jauh dari rumah. Jadi kakak menempuh jalannya dengan sepeda. Kakak izin untuk keluar sekolah disaat jam istirahat hanya untuk menjemputku! Kakak rela melakukan apa saja untukku! Bahkan berhenti sejenak untuk makan es krim. Aku sayang kakak!

Tapi itu semua berganti. Setelah orang tua kami meninggalkan kami hidup mandiri, kakak sudah bukan orang yang sama lagi. Kakak punya 4 peran yang harus ia lakukan dengan sungguh-sungguh. sebagai ayah, ibu, kakak dan siswa yang teladan. Apalagi sebentar lagi kakak akan ujian. Ini adalah tanda bagiku untuk meringankan beban kakak. Aku tidak boleh mengharapkan kakak memanjaku seperti dulu. Aku mencoba sebisaku untuk menjadi mandiri seperti kakak, tapi yang aku lakukan hanya merepotkan kakak. Aku ingin membuat sereal sendiri, ah aku malah merepotkan kakak karena susunya tumpah.

Kakak sepertinya sudah tidak suka denganku lagi. Kakak pusing melihat nilaiku yang terus menurun. Meski aku sudah berusaha keras, meminta bantuan kepada temanku tetapi tetap saja, aku lebih suka jika kakak yang mengajariku. Sayang kakak sekarang sedang sibuk dan tidak bisa membantuku seperti dulu.  Kakak juga tidak suka bercerita denganku. Padahal dulu kakak yang menanyakan kabarku di sekolah. Sekarang kakak menganggap ceritaku ocehan yang tidak ada maknanya. Padahal aku sudah senang sekali mau bertukar cerita dengan kakak.

Disaat kakak masuk ke universitas favorit, aku kira kakak akan kembalikan fokusnya ke aku. Tapi perjuangan ini belum selesai. Kakak masih saja bekerja sampai larut malam untuk menafkahi kita berdua, dan untuk mendapat gelar anak teladan yang selalu ia gapai dengan mudah. Kemampuan multitasking kakak hebat sekali, andai aku bisa seperti kakak.

Seiring berjalannya waktu, kakak pun mulai berganti. Aku tidak hanya kekurangan sosok ayah dan ibu, tetapi sosok kakak secara emosional juga tidak ada. Kakak hanya bisa mendampingiku secara fisik, tidak secara emosional. Mana kakak yang selalu membantuku disaat aku di masa-masa terpuruk? Mana kakak yang selalu mendampingiku di musim hujan dan kemarau? Mana kakak yang selalu menghapus air mataku? Mana kakak yang aku idolakan? Mana kakak yang aku cintai dan aku sayangi? Sudah tidak ada. Kakak yang penyayang itu menghilang bersama orang tua kami. Tergantikan oleh orang lain yang fisiknya mirip kakak, tapi sama sekali berbeda dengan kakak. Kakak itu penyayang, kakak tidak dingin dan tegas seperti ini.

Aku mau kakakku kembali.

Aku mau kakakku memelukku.

Aku mau kakakku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun