Mohon tunggu...
Azka SabilaPutri
Azka SabilaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Good moment

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Eksistensi Media Sosial dalam Menyambut Pemilu 2024

31 Oktober 2023   14:16 Diperbarui: 31 Oktober 2023   14:29 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://databoks.katadata.co.id

Media sosial memiliki peranan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi dalam  perpolitikkan Indonesia sekarang dalam rangka menuju pemilu 2024. Media sosial menjadi senjata starategis dalam menciptakan citra yang positif bagi para capres dan cawapres yang akan berlaga di tahun 2024 nanti untuk menyebarkan pengaruhnya pada masyarakat. Hal tersebut terjadi karena masifnya penggunaan media sosial saat ini oleh khalayak.

Apalagi saat ini Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Dimana mayoritas pemilih di tahun 2024 merupakan generasi milenial dan generasi z . Generasi tersebut dikenal sangat aktif dalam penggunaan media sosial baik itu instagram, tik tok, twitter, dan sebagainya. Tahun 2017, didapatkan data bahwa pengguna media sosial mencapai 92,82 %. Dimana usia paling banyak pengguna media sosial adalah usia 20-29 tahum mencapai 93,5%.

Eksistensi media sosial ini dapat dilihat dalam  menyampaikan informasi terkait pemilu 2024. Baik itu dalam aksesbilitas yang luas yang mana dapat diakses oleh khalayak secara mudah dan cepat, keterbukaan informasi, sampai potensi besar partisipan masyarakat dalam menyambut pemilu 2024.

Secara tindak lansung transformasi politik mengalami proses perubahan sistem politik. Dimana awalnya, politik Indonesia lebih ditentukan oleh struktur kekuasaan, partai politik  serta media massa. Tapi, seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, media sosial menjadi salah satu platform baru dan cukup diperhitungkan  dalam menyambut pemilu 2024 nanti karena pengaruh yang diberikan platform tersebut cukup kuat kepada massa.

Bahkan, dapat dilihat bagaimana fleksibelnya media sosial dalam melakukan interaksi antara pemilih dengan para calon pemimpin. Pola komunikasi cenderung bersifat lansung membuat pemilih lebih bebas berinteraksi dengan mereka. Begitupun para calon pemimpin secara tidak lansung mereka dapat memberikan citra yang baik kepada khalayak melalui interaksi yang dilakukan di media sosial  tersebut.

Contohnya dapat dilihat pada kandidat calon presiden Ganjar Pranowo, mendapatkan elektabilitas yang cukup tinggi dari pengguna media sosial. Dimana dukungan terhadap capres tersebut lebih tinggi dibanding capres lain. Tentunya, hal ini mempengaruhi elektabilitas seseorang. Hal ini didapatkan  Ganjar karena ia cukup aktif dalam  pemanfaatan  media sosial khususnya  dalam  mencari dukungan. Serta adanya kegiatan kunjungan yang dilakukan pada kampus-kampus  kemudian diupload lewat instagram dan interaksi aktif dengan para pengikutnya di media sosial

Pada diagram diatas dapat dilihat bagaimana eksisnya penggunaan media sosial dibanding  media  massa  lainnya . Berdasarkan survey data yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di tahun 2021  dimana 73 persen responden lebih banyak menggunakan media sosial untuk memperoleh informasi

Sebagai platform dalam  komunikasi massa yang populer saat ini keberadaan media sosial menjadi sangat penting. Baik itu bagi masyarakat pemilih calon pemimpin begitupun bagi calon pemimpin dalam menyebarkan visi misi mereka secara potensial dan maksimal. Dimana pengguna media sosial didominasi oleh generasi milenial dan generasi z yang menguasai total pemlih 2024 nanti sebanyak 40% sampai 50% total pemilih. Apalagi generasi tersebut sangat intens dengan berbagai media sosial dan aktivitas digital.

Keberadaan media sosial juga dapat menekan politik uang saat berkampanye nanti. Karena para calon pemimpin tidak perlu secara aktif turun ke lapangan dalam menyebarkan visi misi. Sehingga secara tidak lansung adanya media sosial juga mampu memberikan pendidikan politik bagi publik dalam meningkatkan kualitas demokrasi yang sedang mengalami transformasi digital ke arah yang lebih baik.

Tapi tidak menutup kemungkinan juga ada pihak-pihak yang menyalahgunakan kebermanfaatan dari media sosial dalam menyambut pemilu 2024. Dimana pastinya ada buzzer-buzzer yang sengaja menyebarkan berita hoaks mengenai calon-calon kandidat pemimpin dalam rangka memberikan citra negatif kepada masyarakat. Sehingga elektabilitas setiap pemimpin menurun dan menjadi serangan yang cukup membuat masyarakat mudah terpengaruh akan hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun