Era dgital ditandai dengan menyatunya kondisi masyarakat dengan teknologi informasi yang mampu menempatkan keterbatasan ruang dan waktu. Sehingga masyarakat semakin dimanjakan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, hingga tak dipungkiri pula dengan tumbuhnya kelas ekonomi baru yang mampu mengkapitalisasi kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat bagaimana cara kerja bisnis hari ini, dari yang skala kecil, menengah hingga kelas korporasi, berlomba-lomba dalam mengadopsi teknologi. Teknologi seolah-olah menjadi paling fundamental dalam inovasi bisnis hari ini, terlebih dengan munculnya e-commerce sebagai pemain baru yang memangsa pasar masyarakat modern.
Mungkin pengantar diatas, menjadikan alasan mengapa saya tertarik untuk menceritakan salah satu usaha rumah tangga, yang sebenarnya tidak memberikan keunikan tersendiri atas produk yang dipasarkannya. Hanyalah produk umum yang sering kita jumpai dimana saja, yaitu kerajinan bunga aklirik. Tapi bukan tanpa sebab kalau usaha yang dibangun oleh sepasang suami istri ini menjadi menarik untuk kita lihat perkembangannya, mengingat usaha ini didirikan di daerah yang jauh dari pengamatan orang banyak yaitu di Kota Bengkulu yang merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu. Lalu, mengapa daerah yang saya sebut ini menjadi tanda tanya besar? Mengingat beberapa waktu yang lalu, saya sempat tertegun dengan postingan salah seorang teman di linimasa facebook. Dia menuliskan curhatannya sebagai seorang pedagang online, kesal dengan ulah seorang calon pembeli yang keberatan dengan ongkos kirim, hanya gara-gara si teman ini berada di Provinsi Riau.
Menjalankan Usaha dengan Kegembiraan
Saya melihat mereka berdua sangat bahagia sekali dalam mengerjakan setiap pesanan yang hampir tiap malam harus dilembur, mengingat si suami di siang hari harus menjalankan aktivitas kantor. Kelihaian mereka dalam merakit bunga-bunga aklirik ini di dapat dari seorang teman, namun hari ini mereka sering diundang untuk memberikan pelatihan bagaimana cara membuat dan merangkai bunga aklirik, salah satunya adalah kelompok ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Diskominfo dan Statistik Provinsi Bengkulu. Â
Karya-karya mereka sudah dinikmati oleh orang-orang yang tersebar dari sabang hingga merauke, hal ini bukan karena besarnya anggaran promosi, atau kelihaian mereka sebagai merketing. Namun ini adalah buah dari pesatnya teknologi digital hari ini. Semua orang dapat dengan mudah menghubungkan dirinya dengan orang-orang yang berada jauh diluar sana, hanya denga memanfaatkan teknologi.
Baumol J. William  dkk menyatakan bahwa perekonomian hari ini tumbuh selayaknya kita membuat kue, dimana kita cukup mencari sebuah resep. Resep untuk membuat kue terdiri atas beberapa bahan dasar (gula, tepung, ragi dan seterusnya), tenaga kerja (diukur dalam menit atau jam), dan beberapa peralatan (alat penyampur dan alat pemanggang). Seperti halnya di dalam perekonomian terdapat banyak resep sesuai jenis-jenis barang dan jasa yang diproduksi. Namun pada intinya semua memerlukan tiga unsur yang sama, yaitu: bahan baku, tenaga kerja, dan mesin-mesin (disebut juga modal fisik). Tapi jauh dari semua itu, terdapat unsur keempat yang sangat memberikan pengaruhnya dalam pembuatan kue ataupun perekonomian, yaitu perubahan teknologi.
Saya sangat yakin, Haiching dan orang-orang di luar sana akan sangat terbantukan oleh perubahan teknologi hari ini. Seperti yang saya sebutkan diawal, produk Haicing dan istri hanyalah bunga aklirik biasa, namun dengan sentuhan kreativitas dan market place yang dimanfaatkannya, maka produk yang dihasilkan, dapat dikenal dan laris sampai ke pelosok negeri ini. Jadi usaha yang mengembirakan adalah usaha yang mampu terbangun dengan baik secara efektif dan efisien. Hal itu sudah dilakukan dengan baik oleh Haicing dan istrinya, dimana perkembangan usahanya hari ini tergantung dengan bijaknya dia dalam memanfaatkan kanal-kanal yang sudah tersedia, karena kompetisi hari ini adalah bermodalkan kepercayaan dan komitmen kepada pelanggan.
Pentingnya Mindset Kreatif Bagi Perkembangan Masa Depan Manusia
Daniel L. Pink (dalam bukunya The Whole New Mind) menyatakan bahwa di era kreativitas, apabila ingin maju, kita harus melengkapi kemampuan teknologi kita (high-tech) dengan hasrat untuk mencapai tingkat high concept dan high touch. Pertanyaannya, apa itu high concept maupun high touch? High concept adalah kemampuan mencipakan keindahan artistik dan emosional, mengenali pola-pola dan peluang, menciptakan narasi yang indah, serta menghasilkan temuan-temuan yang belum disadari orang lain. Adapun high touch adalah kemampuan berempati, memahami esensi interaksi manusia, dan menemukan makna.