Mohon tunggu...
Sosbud

Tingkat Pendidikan Berpengaruh Terhadap Cara Pandang Seseorang Terhadap Lingkungan

11 Mei 2016   19:42 Diperbarui: 11 Mei 2016   19:49 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan Negara salah satu Negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terpadat di dunia. Pada saat sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237 641 326 jiwa (BPS, 2010), dengan 118 320 256 jiwa (49,79 %) bertempat tinggal di perkotaan dan 119 321 070 jiwa (50,21%) di desa. Dengan jumlah penduduk yang besar dan penyebaran penduduk yang tidak merata antar daerah menyebabkan pembangunan yang dilakukan pemerintah cenderung berpusat pada suatu daerah tertentu, misalnya pada pulau jawa saja. 

Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar yang terdapat di Indonesia adalah: pulau Sumatera dengan luas 25,2 % dari seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 % penduduk, pulau Jawa yang luasnya 6,8 % dihuni oleh 57,5 % penduduk, pulau Kalimantan luasnya 28,5 % dihuni oleh 5,8 % penduduk, Sulawesi dengan luas 9,9 % dihuni oleh 7,3 % penduduk, Maluku dengan luas 4,1 % dihuni oleh 1,1 % penduduk dan Papua dengan luas 21,8 % dihuni oleh 1,5 % penduduk (BPS, 2010).

Penyebaran penduduk Indonesia berdasarkan tempat tinggal menyebabkan pada daerah tertentu memiliki kepadatan yang sangat tinggi, misalnya pada pulau Jawa. Sedangkan pada pulau seperti Kalimantan dan Papua tingkat kepadatannya sangat rendah. Distribusi penduduk yang tidak merata berpengaruh pada pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Ketimpangan yang sangat mencolok dapat kita temukan pada pembangunan fisik, misalnya di pulau Jawa dapat dengan mudah ditemukan gedung pencakar langit dengan mudah, namun hal sebaliknya terjadi di pulau Kalimantan dan Papua. Selain pembangunan fisik, pembangunan non fisik terutama tentang pendidikan sangat berbeda antara pulau Jawa dan pulau lain. Lembaga pendidikan yang sangat baik kita dapat temukan di pulau Jawa, namun hal sebaliknya tidak terjadi di luar pulau Jawa.

Menurut rilis dari webometrics tahun 2016 sepuluh perguruan tingi terbaik Indonesia terdapat di pulau Jawa kecuali Universitas Riau dan Universitas Syah Kuala kedua perguruan tinggi ini terdapat di pulau Sumatera, diantaranya Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Unversitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Sebelas Maret. Dari data ini dapat diketahui bahwa pusat pendidikan terdapat di pulau Jawa, sehingga kualitas SDM antara pulau di Indonesia memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Tinngkat pendidikan suatu daerah dipengarui oleh akses dan sarana yang terdapat pada daerah tersebut.

Rata-rata penduduk di daerah pedesaan memiliki tingkat pendidikan lebih rendah dibandingkan dengan penduduk diperkotaan. Penduduk desa memiliki tingkat pendidikan rendah karena sarana dan prasarana pendidikan di daerah pedesaan minim, selain itu, bagi sebagian warga di pedesaan pendidikan tinggi tidak begitu penting, bagi mereka yang penting bias membaca dan menulis saja sudah cukup. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk pedesaan di Indonesia adalah tingkat sekolah dasar (SD) dan paling tinggi adalah sekolah menengah atas (SMA). Bagi sebagian penduduk di daerah pedesaan, pendidikan tinggi hanya dapat dijangkau oleh keluarga tertentu saja, mengingat biaya pendidikan yang masih tinggi dan jarak dari tempat tinggal dan lembaga pendidikan tinggi. Guna menempuh pendidikan yang lebih tinggi, maka seseorang dari daerah pedesaan akan meninggalkan rumahnya dan merantau ke kota besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Derajat atau tingkat pendidikan di daerah pedesaan yang sangat rendah menyebabkan masyarakat di daerah pedesaan sangat respek dan menghormati setiap individu yang berada di daerah tersebut yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, misalnya jika seseorang dapat menyelesaikan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi dan memiliki gelar akademik berupa insinyur atau sarjana, maka warga di desanya akan menghormati orang tersebut. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan masyarakat di daerah perkotaan. Sifat dari orang di kota yang bersifat individual berpengaruh pada cara pandang mereka terhadap tingkat pendidikan, selain itu, rata-rata tingkat pendidikan orang di kota yang dapat menempuh pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi.

Sifat masyarakat pedesaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai budayah dan kearifan lokal mengakibatkan mereka cenderung untuk bertahan di desa dan tidak melanjukan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dampak dari kebiasaan masyarakat pedesaan ini dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif dari kebiasaan ini, (menghormati orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi) mengajarkan mereka respek dan sangat menghargai antara penduduk desa tersebut. Kebiasaan ini tidak dapat dijumpai pada daerah perkotaan, namun dampak negative dari kebiasaan tersebut, menyebabkan mereka cepat puas dengan tingkat pendidikan mereka, walaupun mereka memiliki potensi yang besar untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. 

Hal ini makin diperburuk dengan kurangnya akses untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan layak di daerah pedesaan di sebagian besar wilayah Indonesia, pemerintah cenderung membangun sarana dan prasarana pendidikan di daerah perkotaan. Disisi lain di nusantara ini banyak daerah pedesaan yang gedung sekolah dasarnya saja sudah tidak layak digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, hal ini disebabkan karena gedung sekolah tersebut telah usur termakan usia dan tidak pernah direnovasi.

Sarana pendidikan yang minim dan tidak layak menjadi pemandangan yang sehari-hari dapat disaksikan di daerah pedesaan. Belakangan sering kita saksikan di media televisi, berita tentang penjuangan anak-anak bangsa di daerah pedesaan yang berjuang untuk melanjutkan pendidikan mereka. Belajar dibawah atap kelas yang bocor menjadi hal yang biasa bagi mereka, menyeberang sungai melalui jembatang yang ampir roboh dan banyak masalah lainnya. Entah sampai kapan masalah tentang pendidikan di Negara ini akan berakhir, jawaban itu dapat kita jawab dengan hati nurani kita sebagai anak dari ibu yang sama yaitu ibu pertiwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun