Kemajuan suatu bangsa terpampang jelas ketika penerus-penerusnya disiapkan secara matang jauh-jauh hari sebelumnya. Karena hari ini pemimpin negara telah membuktikan betapa mirisnya negara kita yang sampai saat ini kehilangan jati diri sebagai negara berPancasila, mereka menginjak-injak negara sendiri seakan-akan rasa nasionalismenya luntur, negara ini digrogoti oleh musuh dalam selimut akibat dari money politik luar negeri yang memporak-porandakan rasa kepemilikan atas negaranya sendiri.
Sekolah adalah pusat yang dijadikan sebagai pembentukan kader-kader bangsa, di dalamnya terdapat pengetahuan yang mencakup wawasan dan khazanah sangat luas, pembelajaran tentang religiusitas sebagai umat beragama, penanaman nasionalisme sebagai bentuk rasa kepemilikan yang mendalam terhadap negara, dan pembentukan moral bangsa di awali dari penerus-penerusnya yang sedang berada di bangku sekolahan.
Masa depan bangsa yang terpuruk adalah manifestasi dari hasil pendidikan yang buruk, ketika sekolahan yang notabene sebagai rumah kedua bagi kader-kader bangsa telah luntur idealismenya, tercampuri di dalamnya kejahatan-kejahatan terselubung.
Pusat pendidikan yang dianggap sebagai tempat yang aman sekarang beralih fungsi menjadi tempat terjadinya kejahatan, bagaimana akan mencetak kader-kader militan jika sekolahan telah terkontaminasi oleh kejahatan. Inilah yang mengakibatkan munculnya tawuran, kejahatan seksual, dan contek-contekan. Bagaimana pemimpin masa depan akan membawa pada masa depan yang cerah ketika kader-kadernya terdidik sebagai seorang yang rusak ?
Dari sini, mata kita terbelalak bagaimana konsep pendidikan di negara kita saat ini? Penyadaran tidak hanya pada kader-kader bangsa, namun penyadaran sosial, kultural, dan struktural perlu dimasifkan agar dari pihak pendidik, lingkungan, dan keluarga bersama-sama bersinergi untuk memajukan pendidikan di negara kita tercinta Indonesia.
Semua pihak bertanggungjawab atas terdidiknya kader-kader bangsa, karena “Subbaanul yaumi rijaalul ghod” anak muda hari ini adalah pemimpin di hari kelak. Ketika pendidikan hanya dilakukan di sekolah akan terasa kurang, karena aplikasi dari pada pendidikan itu adalah dalam kehidupan bermasyarakat. Dan peran masyarakat sebagai pembentuk lingkungan adalah mengawasi praktek yang dilakukan kader-kader ini, sehingga akan terealisasikan nilai-nilai religiusitas, tertanam moralitas manusiawi, dan rasa nasionalisme yang mendalam. Dimana kemudian akan dibawanya sampai menjadi pemegang tongkat estafet di masa yang akan datang.
Pembentukan inilah yang perlu dibubak sejak dini, karena pohon yang kecil akan lebih mudah untuk diluruskan, namun ketika pohon sudah terlanjur membesar akan percuma jika diusahakan. Membentuk masa depan bangsa harus diawali sedini mungkin untuk mendapatkan masa depan yang gemilang, dimana akan diwarisi oleh anak cucu tanah air tercinta sehingga akan melekat menjadi sebuah karakter yang kuat sebagai tradisi negara.
Wallahu a’lam bissowaab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H