Buku ini memang mengajak kita memahami terori-teori kecerdasan yang biasanya njlimet(jawa: rumit) dengan cara yang santai. Â Bahkan Prie menyajikan dirinya sendiri sebagai contoh tindak kebodohan. Prie ingin menunjukkan bahwa untuk menjadi pribadi yang cerdas, seseorang harus melalui dan melampaui kebododan-kebodohan dan kecerobohan-kecerobohan. Itulah mengapa buku ini berbeda dari buku-buku Prie yang lain, diantaranya Catatan Harian Sang Penggoda Indonesia, Waras di Zaman Edan, Hidup Bukan Cuma Urusan Perut(kolom), dan Hidup Ini Keras Maka Gebuklah(novel). Menjual Diri adalah buku yang menggambarkan Prie GS secara utuh.
Pada tahap pertama, kita akan diajak untuk menjelajah dunia intelektual. Intelektual harus bermodalakan kemauan untuk membaca. Membaca di sini bukan hanya buku, tapi juga fenomena dan pengalaman. Seseorang intelek harus mampu belajar dari pengalamannya sendiri maupun orang lain. Experience is the best teacher. Cerdas intelektual membuat mata, hidung, Â bibir, bahkan nafas menjadi terpelajar. Mata terpelajar adalah mata yang mengerti kapan merem, kapan melek. Bukan saatnya melek merem.
Sukses intelektual saja tidak cukup, ia harus memiliki kecerdasan emosi. Jika kecerdasan intelektual adalah soal akal, maka emosional adalah rasa. Jika akal adal kepintaran, maka emosi adalah kepekaan. Dengan kecerdasan ini, kita dapat mengendalikan diri dan tidak mudak dimanipulasi oleh seseorang.
Kita juga memerlukan kecerdasan spiritual. Segala yang kita lakukan haruslah memiliki makna dan bernilai bagi diri sendiri dan sesama. Setiap yang berurusan dengan spriritual pasti memiliki nuansa yang berbeda dan seorang spritualis biasanya adalah seorang yang nyentrik. Tapi jang dibalik, setiap yang nyentrik adalah spiritualis. Yang terpenting lagi dari ketiga kecerdasan dapat menjadi satu ramuan. Seperti halnya ramuan sihir, kesatuan ini akan mampu membuat keajaiban. Yang tidak mungkin menjadi mungkin. Nothing is impossible.
Kita telah menjelajah tentang apa dan bagaimana, cara kerja, pengembangan, kesuksesasan tiga kecerdasan. Selanjutnya kita diajak untuk menjadikan ketiga kecerdasan itu dalam dunia bisnis. Kita diajak untuk cerdas dalam berbisnis, mencari titik tolak, memilih induktor, menginduksi, melepas uang dan seninya, memilih rekan dan sebagaianya.
Dalam bisnis, tentu saja hal ini tidak lantas begitu saja sukses. Setelah mengetahui tiga kecerdasan ini apakah kita akan sukses begitu saja? Jawabnya: tidak. Dalam perjalanan kita akan dihadapkan pada kegagalan dan putus asa. Kita boleh saja mengeluh atau mengumpat, tapi hanya sejenak saja dan harus bangkit. Prie berkisah tentang bagaimana dia mencoba berbisnis dengan membuka warung mie instan. Bagaimana latar belakangnya, hingga kebangkrutannya.
Prie juga berkisah bagaimana rumahnya dulu yang dibangun dengan sistem kredit alias nyicil. Karena nyicil, tembok rumah Prie itu tidak simetris dan tidak lurus. Ubin rumah tidak rata dan jenis ubin yang berbeda. Sehingkali tamu yang hadir seri terpeleset dan tersandung karena ubin yang tidak rata itu. Di tengan keadaan yang prihatin dan mencelakakan orang ini justru mampu memberikan tawa dalam keluarga. Bahkan ketika seorang tamu ketika hendak memasuki rumah, orang rumah Prie bermain tebakan apakah orang ini akan terpeleset atau tidak. Bahkan di depan tamu, dengan gembira Prie menyombongkan ubin rumahnya yang warna-warni dan tidak matching.
Kita tidak mesti  meratapi keadaan kita yang secara umum memprihatinkan. Tembok rumah yang mencengpun bisa menjadi sebuah nilai ketika membuatnya diniatkan membantu tetangga yang nganggur. Inilah pentingnya kecerdasan, kita dapat bergembira dalam kondisi apapun. Karena baginya kegembiraan itu mudah, murah, dan berdaya gugah. Â
Buku Menjual Diriadalah buku tentang kecerdasan dan kesuksesan. Kemudian dapat timbul pertanyaan dalam diri kita. Siapakah Prie GS itu? Apakah dia capableuntuk menulis perihal kecerdasan? Atau apakah dia sudah merasa demikian cerdas dan sukses sehingga dia menulis? Prie perlahan dikenal masyarakat lewat tulisan, siaran, kolom, talkshow.Prie GS yang lebih dikenal  sebagai seorang budayawan, mengawali karirnya sebagai seorang kartunis di Suara Merdeka, kemudia naik mencadi redaktur sastra budaya, dan kini memimpin Tabloid Cempaka. Selain itu ia adalah seorang pembicara tingkat nasional dan memiliki acara di beberapa TV Nasional.
Baiklah, kita anggap Prie capableuntuk membicarakan kecerdasan dan kesuksesan. Tapi hati-hati! Jangan-jangan karena kecerdasannya, Prie menulis buku ini dalam rangka menjual dirinya sendiri. Tapi tak masalah, kita berikan apresiasi kepada Prie GS yang telah memberikan ramuan-ramuan itu kepada kita. Karena kecerdasannya, resep cespleng ini dapat diamalkan berbagai kalangan sedini mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H