Mohon tunggu...
Aziz Jk
Aziz Jk Mohon Tunggu... -

Aku hebat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mental Miskin, Tolak BBM Naik, Ubah Mindset?

17 November 2014   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:36 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti yang telah kita maklumi, isu tentang kenaikan BBM di negara kita sudah menjamur, bahkan bukan sekedar isu lagi, tapi sudah menjadi topik utama dalam perbincangan masyarakan, dalam surat kabar, brita di televsi, bahkan di pos ronda sekalipun. Walaupun memang sudah pasti dari setiap penomena menjelang kenaikan BBM menjadi pro dan konta di mata masyarakat, dan yang pastinya menuai kontropersi yang sangat dahsyat sekali...

Meskipun saya bukan pakar politik ataupun ekonomi, tapi Yang saya pahami dari alasan pemerintah menaikan BBM bahwasanya dana subsidi BBM selalu menjebol dana APBN, dana yang semulanya dialokasikan untuk subsidi BBM bisa dialihkan pada dana untuk meningkatkan stabilitas pendidikan dan perekononamian, makanya dana subsidi BBM ditekan supaya tidak menjebol APBN dan dapat dialihkan pada peningkatan tarap pendidkan dan perekonomian.

Kebali lagi ke masyarakat sebagai pengguna BBM, pada umumnya sang-pengguna BBM pastinya mereka yang memiliki kendaraan bermotor, artinya sudah termasuk pada kelas masyarakatmenengah keatas, secara pinansial bisa dikatakan sebagai masyarakat yang cukup dan mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari, tapi yang membuat pikiran saya heran, toh kenapa masyarakat menengah ke atas menolak kenaikan BBM..??, apa karena takut jatuh mskin??, padahal dari setiap kejadian kenaikan BBM mereka tetap mampu membeli BBM dengan harga yang lebih mahal dari sebelumnya. Pake demo-demo segala lagi dengan dalih dapat membuat masyarakat menderita, tapi merka yang demo menolak kenaikan BBM tetep aja membeli BBM yang harganya sudah naik, kalo dalam istilah bahasa sunda itu “nya dipoyok, nya dileubok” (ya dicela, ya dimakan pula), aneh kan...? mencela-cela kenikan BBM, tapi kalo BBM sudah naik tetep aja mereka mebeli BBM itu sendiri, logikanya kalo menolak BBM naik berarti jangan memmbebli BBM kan....

Lalu bagai mana dengan masyarakat menengah ke bawah..?, pada dasarnya masyarakat menegah ke bawah tak perlu memikirkan kenaian BBM. Logikanya, pada umumnya mereka tidak mempunyai kendaraan bermotor, jadi mereKa Tak perlu takut motor mereka tak terisi bensin, karena motornya juga gak punya. masyarakat menengah ke bawah lebih cendrung kepada bahan pangan, dan setiap kenaikan BBM pasti terjadi lonjakan harga bahan pangan di pasaran, kita gak usah bermuluk-muluk, berspekulasi bahwa masyarakat menengah kebawah gak bakalan mampu membeli bahan pangang karena harga bahan pangan melonjak disebabkan oleh kenaikan BBM, toh pada realitas disetiap kejadin kenaikan BBM mereka tetap mampu mencukupi kebutuhan pangan mereka sehari-hari, walaupun harus mencantumkan nama di buku catatan hutang, juga sampai detik inipun saya belum pernah mendengar masyarakat menengah kebawah meninggal karena kenikan BBM, gak ada kan??

Coba kita pikirkan secara mendalam, jangan terus memikirkan harga BBM yang murah, orang yang suka dengan hal yang murah-murah itu adalah mental miskin, coba kita ubah pola pikir kita, toh pada kenyataanya juga BBM bersubsidi malah salah sasaran dipergunakan oleh masyarakat yang secara pinansial mampu membeli BBM non-subsidi. Jangan terus-terusan berpikir takut gak kesampaiyan membeli bensin karena mahal, takut gak mampu memenuhi kebutuhan pangan karena harga bahan pangan melonjaka, kalo dalam istilah bahasa sunda “ ulah kumoek memeh dipacok” (jangan takut sebelum menjalani), artinya kita harus merubah mental kita menjadi mental yang kuat dalam menjalani polemik kehidupan. Berpikirlah bagaimana supaya kita mampu memenuhi kebutuhan kita dengan keadaan harga BBM yang sudah naik, jangan menjadi masyarakat dengan mental miskin, jangan jadikan bangsa ini sebagai bangsa mental miskin, karena pada dasarnya usaha yang kita lakukan menentukan hasil yang akan kita dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun