Bandung - Rabu (03/08), Salah satu budaya yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia ketika akan datang bulan Ramadhan ialah Munggahan, Munggahan merupakan tradisi masyarakat Sunda dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan ini biasa dilakukan pada akhir bulan Sya’ban. Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama dan saling bermaafan serta berdoa bersama. Tak terkecuali yang dilakukan oleh RW 05 Kelurahan Babakan.
UPI sedang melaksanakan KKN di kelurahan Babakan mendapat rekomendasi dari pihak kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung untuk mengunjungi RW 05 karena terdapat beberapa kebudayaan dan salah satunya merupakan tradisi tahunan sebelum datangnya bulan Ramadhan, Kegiatan ini bernama Hajat Munggahan RW 05. Memiliki rangkaian kegiatan menarik seperti: Ngaliwet 100 meter, Ritual Nalian Cai Tujuh Sumur, dan Mareng (Mandi Bareng).
Kami sebagai MahasiswaBerikut ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan maasyarakat RW 05 Babakan ketika akan datang bulan Ramadhan:
1. Ngaliwet 100 Meter
Ngaliwet merupakan tradisi makan bersama-sama yang dikemas menggunakan alas daun pisang serta olahan nasi dan lauk pauk khas sunda seperti sayur asem, ayam goreng, daging empal/gepuk, sambal dan aneka lalapan. Kegiatan ngaliwet di RW 05 dilakukan sepanjang kurang lebih 100 meter yang berlangsung di RT 2 RW 5. Masyarakat disana makan bersama dengan hamparan alas daun pisang sepanjang 100 meter.
Inti dari kegiatan ngaliwet ini adalah gotong royong. “jadi untuk awal memang susah, untuk selanjutnya akhirnya bisa adaptasi juga, akhirnya gotong royong, ibu-ibu sudah tidak disuruh lagi. Ibu-ibu bapak-bapak kakek nenek sudah saya suruh untuk urunan gitu jadi itu membangun kerjasama” tutur Deden Bejo selalu ketua RW 05. Sambung Deden Bejo bahwa kegiatan ini harus dilaksanakan agar siapapun yang mengikuti meskipun itu seorang pejabat, maka tidak ada jarak diantara warganya serta tidak ada istilah kalangan atas dan kalangan bawah ketika semuanya makan bersama di atas hamparan daun pisang.
2. Ritual Nalian Cai Tujuh Sumur
Masih dalam rangka kegiatan Hajat Munggahan RW 05 Babakan, Nalian Cai dalam bahasa sunda mempunyai makna “mengikat air”. Tujuh Sumur merupakan makna dari Tujuh RT yang ada di RW 05 Babakan. Setiap RT di RW 05 Babakan akan membawa air lalu dimasukkan ke dalam kendi, kemudian diikat oleh sejenis tali tambang kecil sebagai simbol ikatan. Air tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam satu guci besar yang sebagian airnya sudah diisi. Terdapat rajah yang dibacakan ketika memasukkan air dari masing-masing RT, kemudian talinya dibuka dan disambung ke guci tersebut sebagai simbol yang bermakna “pertama kan manusia itu paling besar unsur air, dengan menyatukan air dan rasa, darisana membuktikan bahwa satu RW itu bisa bersatu” Tutur Deden Bejo. Berikutnya memasukkan bunga yang bermakna supaya harum semua daerah dan wilayah dari RW 05 Babakan.
Tradisi ini biasanya dihadiri oleh para pejabat seperti Lurah Babakan dan Camat Babakan Ciparay untuk memandikan air tersebut kepada masing-masing RT yang ada di RW 05 Babakan.