A. Definisi "menjijikkan"
Jijik adalah emosi yang kompleks dan tidak biasa. Meskipun sering diklasifikasikan sebagai emosi "mendasar", rasa jijik memiliki cakupan yang luas, berbagai teori fungsional yang bersaing, dan lintasan perkembangan yang luas. Jijik sering diklasifikasikan sebagai salah satu dari enam emosi dasar; itu diklaim memiliki fungsi adaptif yang unik, substrat saraf khusus yang mengarah pada fenomenologi yang tak ada bandingannya, dan ekspresi wajah yang khas yang diakui dalam budaya yang berbeda di seluruh dunia.Â
Beberapa orang bahkan berpendapat bahwa rasa jijik lebih tepat digambarkan sebagai perasaan atau keinginan dasar, sehingga lebih mirip dengan keadaan seperti lapar atau sakit daripada emosi nyata seperti marah atau takut. . Penelitian ilmiah tentang rasa jijik telah mengidentifikasi banyak asal usul dan fungsi teoretis dari emosi ini. Banyak dari teori ini menggambarkan rasa jijik yang timbul dari pertimbangan konseptual.
Singkatnya, rasa jijik ini sama sekali tidak ada saat lahir, setelah itu rasa jijik akan mulai muncul sebagai proses defensif di tahun-tahun pertama kehidupan, terutama sebagai respons terhadap euforia seksualitas yang ditekan di awal kehidupan. Dalam pandangan ini, rasa jijik membantu orang menghindari ketakutan eksistensial akan kematian dan konfrontasi dunia yang berantakan dan mengancam yang perlahan-lahan bergerak menuju entropi dan ambiguitas yang lebih besar.Â
Jadi, rasa jijik dikatakan melindungi kita dari kelemahan kita dan mencegah kita melihat diri kita sendiri sebagai binatang. Secara keseluruhan, meskipun prediksi tentang perlunya rasa jijik untuk menghindari patogen selama masa bayi dan masa kanak-kanak tidak jelas, tampaknya berteori bahwa bayi akan segera merasa jijik setelah disapih, mungkin pada usia 3 tahun.
B. Implikasi "jijik" Terhadap Pembangunan Sosial
Selain itu, penelitian telah berfokus pada sejauh mana pengasuh berperan dalam pengembangan dorongan dan menunjukkan bahwa peran berubah dari waktu ke waktu saat anak menjadi lebih mahir dalam mengatur emosi. Terakhir, implikasi dari kemampuan/ketidakmampuan untuk mengatur banyak emosi membuat pengembangan RE yang efektif dan fleksibel menjadi tugas mental yang mendasar.Â
Rasa jijik terhadap seseorang dapat menghambat perluasan pengetahuan dan kehidupan sosial. Di sisi lain, berempati dengan orang-orang yang berbeda ini, seperti berteman, bisa bermanfaat, seperti menjalin persahabatan. Oleh karena itu, rasa jijik harus dikendalikan dan dihilangkan kecuali ada alasan dan niat yang baik, serta risiko seperti penyakit.
A. Definisi "malu"
Malu atau malu adalah perasaan sangat malu, minder, hina, dll, karena telah melakukan sesuatu yang buruk, cacat. Rasa malu dan malu adalah dua hal yang berbeda. Rasa malu merupakan kondisi yang sudah mapan, sedangkan rasa malu muncul pada saat-saat tertentu atau karena keadaan tertentu. Rasa malu, seperti semua emosi sadar, tidak bisa dipelajari. Ini adalah pola tindakan dan merupakan hasil dari serangkaian ide kompleks yang spesifik tentang diri. Anak-anak prasekolah yang pemalu dan anak-anak usia sekolah mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pada umumnya fase pemalu yang normal terjadi saat anak berusia 5 atau 6 bulan, kemudian berusia 2 tahun. Pengalaman fenomenologis anak yang dipermalukan adalah salah satu rasa sakit negatif yang besar dan mendalam. Itu adalah keinginan untuk bersembunyi, menghilang, atau mati. Itu adalah diri yang rusak dan disertai dengan peningkatan kortisol, hormon stres. Pengalaman memalukan ini menyebabkan gangguan perilaku yang berkelanjutan, kebingungan dalam berpikir, dan ketidakmampuan untuk berbicara. Dan mempermalukan bisa terjadi baik di depan umum maupun secara pribadi, tidak seperti penghinaan yang sering terjadi di depan umum.
B. Perbedaan Antara Shame dan Embrassment
Perbedaan antara emosi seperti malu, malu, bersalah, dan malu masih penting. Mempertimbangkan literatur psikoanalitik klasik, lebih banyak perhatian diberikan pada rasa bersalah daripada rasa malu, meskipun dua jenis rasa bersalah dari Freud (1936/1953) tampaknya membedakan antara perasaan bersalah dan rasa bersalah. malu, katanya relatif sedikit. Perbedaan intensitas mungkin karena sifat standar, aturan, atau tujuan yang tidak dapat dicapai. Beberapa standar kurang lebih terkait dengan inti dari diri sendiri; Bagi satu orang, tidak mengemudi tidak sepenting tidak membantu seseorang.Â
Kegagalan yang terkait dengan norma, aturan, dan tujuan yang kurang penting dan kurang fokus menyebabkan kebingungan daripada kebingungan. Karena teori Darwin memerlukan pendekatan bertahap untuk berubah karena keunggulan adaptif beberapa perbedaan dibandingkan yang lain, dia harus menemukan hubungan antara perilaku hewan dan manusia.
C. Implikasi "malu" Terhadap Perkembangan Sosial Anak
Anak pemalu sering menghindari orang lain dan sering merasa takut, curiga, berhati-hati, dan ragu-ragu terhadap sesuatu. Mereka sering menarik uang ketika berhadapan dengan orang lain. Dalam situasi sosial, mereka sering tidak aktif, sering diam, berbicara pelan, dan menghindari kontak mata.
 Rasa malu pada anak merupakan salah satu emosi negatif yang perlu segera diantisipasi, karena dapat berdampak buruk bagi perkembangan anak. Untuk itu peran guru dan orang tua sangat penting dalam menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri pada anak. Agar anak tidak kehilangan pengalaman membangun ilmu dengan belajar sambil bermain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H