Mohon tunggu...
Azizatul Liyanti
Azizatul Liyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sifat Marah dan Takut pada Anak Usia Dini

8 Desember 2022   19:16 Diperbarui: 8 Desember 2022   19:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Kemarahan 

Kemarahan adalah rasa marah yang menjadi suatu perasaan perilaku, kognitif, dan fisiologis yang dominan ketika seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk melawan ancaman eksternal secara langsung. 

Psikolog modern menganggap kemarahan sebagai emosi dasar, alami, dan dewasa yang dialami semua orang pada satu waktu atau lainnya, dan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk bertahan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi energi psikologis untuk mengambil tindakan korektif. 

Namun, kemarahan yang tidak terkendali dapat berdampak negatif pada kualitas hidup individu dan masyarakat. Kemarahan adalah emosi yang ditandai dengan pertentangan terhadap seseorang atau perasaan setelah disalahgunakan. 

Kemarahan membantu kita memahami bahwa kita merasa tersinggung dan memberi kita motivasi untuk mengambil tindakan atau memperbaiki situasi. Kemarahan bisa berupa kemarahan, rasa sakit, kesedihan, atau perasaan terancam, cemas, atau takut. Terkait dengan tingkat adrenalin meningkatkan gejala fisik. Keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu untuk menakut-nakuti atau mengintimidasi seseorang.

  • Penyebab Kemarahan Pada Seseorang

Di antara penyebab kemarahan terbesar bagi kebanyakan orang awam adalah penggunaan istilah berani, jantan, pemberani dan istilah positif lainnya untuk orang yang suka marah. Penggunaan istilah-istilah ini adalah karena kebodohan mereka. Akibatnya, orang cenderung bahagia dan melihat kemarahan sebagai hal yang baik. Namun, itu adalah penyakit hati, bukti kurangnya akal dan tanda kelemahan jiwa. Oleh karena itu, orang sakit seringkali lebih mudah marah daripada orang sehat; wanita lebih mudah marah daripada pria; anak-anak lebih mudah marah daripada orang dewasa; kakek-nenek lebih mudah marah daripada orang paruh baya; dan pengecut lebih marah daripada bangsawan.

Kemarahan juga berfungsi untuk memperingatkan Anda tentang bahaya dan juga kesedihan. Saat kita sedang marah, otak kita dapat memberitahu kita untuk mencari dukungan dan merasa bahagia kembali. Ini mungkin menyebabkan Anda harus mencari cara untuk memperbaiki masalah yang ada di kemudian hari.

  • Perkembangan kemarahan pada anak

Perkembangan marah sudah ada sejak masa kanak-kanak, seseorang dapat mengenali emosi seperti kegembiraan, kesedihan, ketakutan dan kemarahan. Belakangan, sebagai seorang anak, perasaan tersebut berubah menjadi rasa malu, terkejut, bersalah, bangga, dan empati. Dengan pengalaman, emosi ini juga akan berkembang dan setiap anak akan memiliki cara koping yang berbeda.

B. Ketakutan 

Takut adalah mekanisme bertahan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap beberapa rangsangan, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa psikolog juga menyebutkan bahwa rasa takut adalah salah satu emosi dasar, di samping kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.

Ketakutan harus dibedakan dari keadaan emosional lainnya, yaitu kecemasan, yang seringkali muncul tanpa adanya ancaman dari luar. Ketakutan juga dikaitkan dengan perilaku tertentu untuk lari dan bersembunyi, sedangkan kecemasan adalah hasil dari persepsi ancaman yang tidak dapat dikendalikan atau dihindari. Bahaya kecemasan adalah melihat situasi dan persepsi yang tidak disukainya dan harus dia patuhi. Di sisi lain, tidak mungkin karena usia tua dan kelemahan, kecuali dukungan dan bantuan orang lain dan pihak lain. Ketakutan harus diatasi dengan membangun hubungan yang suportif dan diplomatis dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan dibutuhkan. Membangun struktur kapasitas dan mengelola ekspektasi juga membangun struktur pertahanan.

Setiap orang memiliki penyebab atau pemicu rasa takut yang berbeda. Perasaan ini bisa muncul dari pengalaman atau trauma masa lalu, tapi bisa juga tidak disadari dengan sendirinya. Beberapa pemicu rasa takut yang umum, seperti:

  • Benda tertentu, seperti serangga atau ular
  • Situasi tertentu, seperti sendirian, berada di ketinggian, kekerasan atau perang, takut gagal, takut ditolak, dll.
  • peristiwa yang dibayangkan
  • Acara yang akan datang
  • Bahaya dari lingkungan

Di sisi lain, respons emosional terhadap rasa takut bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun, respon emosional ini juga terkait dengan beberapa reaksi kimia di otak. Bagi sebagian orang, ketakutan dapat dilihat sebagai situasi yang menakutkan. Anda mungkin bersembunyi atau melarikan diri dari situasi emosional yang Anda rasakan. Namun, di sisi lain, ada juga sebagian orang yang memandang ketakutan sebagai sesuatu yang menyenangkan, seperti saat menonton film horor atau masuk ke rumah hantu. Meskipun mereka tahu itu sesuatu yang menakutkan, otak Anda mengirimkan pesan bahwa itu tidak nyata. Jadi meskipun mereka ketakutan, mereka akan tetap menonton film horor atau masuk ke rumah hantu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun