Misalnya, dalam proses pembelajaran, ketika siswa sudah memperoleh pengetahuan, mereka kemudian diberikan tugas untuk mengasah kemampuan dan keterampilan. Kegiatan ini tentu memerlukan bimbingan dan evaluasi yang tidak bisa diberikan oleh YouTube.Â
Ketika mendapatkan masalah, siswa juga memerlukan seseorang untuk bertanya dan berkonsultasi. Guru kemudian memberikan masukan dan feedback sesuai dengan kebutuhan siswa. Hanya guru kelaslah yang bisa melakukan ini.
Yang jadi masalah sebenarnya bukanlah peran guru kelas yang bisa saja tergantikan oleh YouTube, tapi gap informasi antara yang disampaikan oleh guru dengan yang diberikan oleh para vloggers. Siswa yang sering menonton video dari YouTube tentu memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Siswa itu akhirnya menemukan gurunya sendiri di internet.Â
Guru mereka itu bahkan bisa banyak, atau bahkan adalah pakar di bidangnya. Dengan kebiasaan menonton YouTube ini, sangat mungkin sekali jika pengetahuan yang dimiliki oleh siswa itu menjadi lebih banyak dan akurat daripada gurunya. Pengetahuan mereka itu juga bisa lebih up to date atau aktual daripada yang dimiliki oleh gurunya.
Ada beberapa sikap yang seharusnya dimiliki oleh guru dalam menghadapi para generasi milenial semacam itu di kelas. Pertama, guru harus sadar bahwa luasnya wawasan dan keakuratan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa melalui berbagai sumber di internet itu merupakan sesuatu hal yang wajar, karena mereka tumbuh di jaman yang penuh dengan informasi. Wawasan yang dimiliki oleh siswa seharusnya tidak dianggap sebagai suatu ancaman bagi guru.Â
Para guru seharusnya justru bahagia dan bangga melihat siswanya pintar. Mereka hendaknya juga senang melihat siswanya yang suka berdebat, mengkritik atau bahkan menguji kemampuan gurunya. Bukan malah merasa terancam.
Yang kedua, keberadaan YouTube merupakan sebuah kenyataan yang tidak terelakkan. YouTube harusnya dianggap sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran di kelas. Banyak hal menarik yang bisa guru manfaatkan untuk mendukung pembelajarannya di kelas.Â
Misalnya, mereka bisa memakai lagu, film pendek atau permainan yang tersedia di YouTube untuk mengajar agar siswa mereka senang mengikuti pembelajarannya.
Agar tidak tertinggal oleh siswanya, guru hendaknya juga selalu memperbarui pengetahuannya melalui berbagai macam konten terkini yang ada di YouTube. Jika ingin bisa dekat dan diterima oleh siswanya di kelas, guru tentu juga harus mengetahui kehidupan mereka.Â
Untuk itu, guru perlu tahu kebiasaan para siswanya. Kalau perlu, mereka bisa menonton video-video yang biasanya disukai oleh siswanya itu. Mereka kemudian merancang dan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, mereka bisa lebih mudah mengatur para peserta didiknya itu di kelas.
YouTube faktanya telah menjadi sebuah platform media sosial yang paling berpengaruh di masa kini. Di masa depan, YouTube bisa diprediksi akan mengalami banyak perubahan. Teknologi informasi dan komunikasi akan selalu berkembang di masa yang akan datang, memberikan tantangan baru lagi bagi para generasi yang baru.Â