Oleh: Aziz Amin | Wong Embuh
Hidup adalah perjalanan yang penuh teka-teki. Tidak jarang kita dihadapkan pada situasi yang sulit dipahami, keputusan yang menguras emosi, atau peristiwa yang melampaui nalar. Dalam momen-momen seperti ini, sering kali muncul pertanyaan : Haruskah kita memahami segalanya untuk menjalani hidup dengan baik ?
Jawaban saya adalah tidak. Justru dalam ketidaktahuan dan ketidakpastian itulah tersembunyi pelajaran hidup yang paling berharga. Gagasan ini saya tuangkan dalam buku "Aku Wong Embuh: {{{ Mbuh Priben Carane' }}} Kersane Gusti Allah," sebuah refleksi mendalam tentang hidup, kehidupan, dan penghidupan yang mungkin berbeda dari sudut pandang umum.
Dari "Embuh" ke Filosofi yang Bermakna
"Embuh"Â dalam keseharian sering diterjemahkan sebagai sikap tidak peduli atau tidak tahu. Namun, saya ingin mengajak Anda melihat makna baru dari kata ini. Dalam buku ini, "embuh" saya kemas sebagai filosofi hidup yang penuh kedalaman. Filosofi ini saya rangkum dalam akronim EMBUH, yang meliputi:
- Empowerment :Â Pemberdayaan diri untuk menghadapi hidup dengan kekuatan penuh.
- Mindfulness : Menjaga kesadaran akan momen kini tanpa terjebak masa lalu atau masa depan.
- Behavior : Mengelola perilaku agar selaras dengan tujuan hidup.
- Unconscious Mind : Memahami peran pikiran bawah sadar dalam membentuk tindakan dan keputusan.
- Healing : Menyembuhkan luka batin untuk mencapai kedamaian jiwa.
Melalui filosofi ini, saya ingin menunjukkan bahwa "embuh"Â bukanlah ketidakpedulian pasif, melainkan sebuah sikap aktif untuk menerima hidup sebagaimana adanya---dengan segala misteri dan keindahannya.
Merangkul Ketidakpastian dengan Keyakinan
Presuposisi dasar dari filosofi ini adalah ungkapan "Mbuh Priben Carane', Kersane Gusti Allah"Â yang berarti Entah Bagaimana Caranya, Terserah Kehendak Tuhan, Allah Ta'ala.Â
Filosofi ini mengajarkan kita untuk berserah kepada kehendak Tuhan sambil tetap menjalani hidup dengan kesadaran, tanggung jawab, dan sikap positif.
Ketidakpastian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi sesuatu yang harus dirangkul. Tidak semua hal perlu kita pahami dengan akal. Ada kekuatan besar yang mengarahkan setiap langkah kita, dan tugas kita adalah menjalani hidup dengan pikiran yang tenang dan hati yang lapang.