Di persimpangan hidup yang sepi, Â
kita berjalan, tanpa peta, tanpa arah, Â
hanya ditemani oleh bayang-bayang Â
yang memudar seiring senja merangkak pergi. Â
Ada jejak langkah yang terlupakan, Â
tertutup oleh debu waktu dan kenangan usang. Â
Terkadang kita lupa, Â
bahwa meski kabut menyelimuti pandangan, Â
bumi tetap berputar, Â
dan mentari tak pernah ingkar janji Â
untuk terbit di esok hari. Â
Apakah kau dengar bisikan sunyi Â
dari tanah yang kau injak? Â
Ia berbisik lembut, "Jangan berhenti, Â
sebab meski jejakmu tak terlihat, Â
setiap langkahmu tetap berarti." Â
Di balik kabut yang menyesakkan dada, Â
ada cahaya yang menyusup pelan, Â
seperti tangan lembut yang meraih, Â
mengangkatmu dari kejatuhan, Â
menghapus air mata di sudut mata yang terluka. Â
Ingatlah, Â
hidup bukan tentang seberapa cepat kau tiba, Â
tapi tentang bagaimana kau memahami Â
setiap butir pasir yang melekat di kakimu, Â
dan setiap daun yang gugur di sepanjang jalanmu. Â
Biarkan langkahmu, meski pelan, Â
mengukir jejak yang takkan hilang. Â
Sebab dalam setiap jejak yang terlupakan, Â
tersembunyi harapan Â
yang menanti untuk ditemukan kembali. Â
Dan saat kau temukan cahaya itu, Â
kau akan tahu: Â
bahwa meski kabut mengaburkan pandangan, Â
harapan selalu setia menunggu Â
di balik tirai kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H