Tidak mudah mengendalikan dirinya, " aku bukanlan aku, seberapa aku berusaha menjadi diri sendiri, aku tetaplah aku si penguasa jagad diri, rasanya ingin segera mengakhiri hidupku " katanya.
Sudah sekian purnama, aku tidak lagi bisa menahan diri, berapa banyak darah manusia aku habiskan, aku cabik dan aku koyak isi hatinya bahkan aku buat mereka terkapar tanpa daya. " kamu bayangkan berjalan di jalan kesesatan tanpa tahu raha jalan pulang adalah sebuah penderitaan, tapi apa mereka semua tahu perasaanku ? TIDAK " masih tuturnya.
Yah ... bisa jadi kalau masih ada Charil Anwar, aku adalah sejatinya " Binatang Jalang " yang terbuang dari kumpulanku, tapi... aku adalah aku pribadi yang katanya dalam catatan kitab suci adalah mahluk yang disempurnakan.
Sesosok pria menangis tersedu -- sedu, bahkan ia tergolek bersimpu dan bersujud seolah ia telah mencapai pada titik dimana ia lupa kalau ia adalah mahluk dengan ego beton keras yang tidak lagi bisa membedakan antara hantaman tornado dan hujan badai.
Ia terus meraung, dan meraung..., mungkin sekian purnama yang menyesakkan dadanya sampai ia bingung harus kemana, " Siapa aku ?, Aku Siapa ? " dan kali ini dia bangun menoleh melihatku dan bilang ;
" Aku ini siapa ?, Siapa sih sebenarnya Aku ? " dan untuk kali ini aku biarkan dia menikmati sisi dirinya kembali menangis bak anak bayi yang kehilangan ibunya. Dicarinya susu yang akan memuaskan hasrat kekanak -- kanakannya dan membuatnya tenang.
Lagi -- lagi, ia meraung dan merauuuuung...., sampai aku bilangÂ
" Hai si fulan, boleh aku sebentar bicara padamu ? " sambil aku pegang pundaknya sedikit memijat bahu kanannya.
Ia hanya terdiam dan memandangi saya kosong.
Perlahan aku bisikkan ' aku ingin ngobrol dengan tuanmu, yah... tuanmu yang menguasai tubuh, pikiran dan jiwamu, yang menjadi komandan atas aktifitasmu sekian purnama dan yang menjadi imam atas jamaah ego dalam dirimu, boleh yah ? ' sambil aku mengisyaratkan mengangguk dan ia mengikuti mengangguk pelan.
****
Duduk tegak, wajah tegas dan kharismatik, sesosok pria tengil yang eneh, menangis, meraung dan kini ia penuh keangkuhan, ia mengaku kalau dirinya adalah raja, ya penguasa atas tubuh, pikiran dan jiwanya, siapapun harus melayaninya, harus menurut padanya, dialah sang maha benar atas isi pikirannya dan menjadikannya alam pikirannya menjadi gersang.
Entah...Â