Kembali ke alam, Â regresi ke masa lampau saat buah ini masih jadi primadona, Â bukan hanya diburu karena brosur dan info website terkait manfaatnya.Â
Ya, Â " Kresem ", pada jamannya dulu tumbuhan ini tumbuh bebas dan liar, Â ia tidak pernah permisi dan mengajukan izin tinggal, Â tahubtahu jasa ia ada dan hadir, Â tumbuh besar, Â rimbun dan menjadi tempat faforit para petani untuk berteduh.Â
Ya bagaimanapun kresem adalah bagian dari alam, Â yang memiliki dua sisi dan tidak sembarang dicipta, Â ia akan melakukan ekspansi besar besaran akarnya ke penjuru arah, Â lentur, Â lemah bisa jadi tapi akarnya mampu menembus apapun yang enghalabgi dalam senyap.Â
Dan bagi anak anak diusianya kresem menjadi tempat bergantung keceriaan, Â ayunan, Â rumah pohon dan banyak permaenan diawali dan terinspirasi dibawah kresem.Â
Berbeda dengan sekarang, Â semua telah berubah, Â jarum jam telah lupa berapa kali ia berputar dan kita kadang tidak merasa kalau waktu telah jauh berjalan, Â dan bahwa saat cermin bicara "uban mu banyak".
Serta merta ego bilang "ini karena minyak rambut, Â ini karena shampo" ia lupa kalau kresem kini telah terpinggirkan, Â ia lupa kalau ia tak lagi tertarik sama kresem.Â
Dan saatnya kembali ke alam, belajar memaknai hidup dan kehidupan. bagaimana cara bertumbuh, Â berkembang dan bertahan serta memberikan keceriaan, Â manfaat dan nilai bagi sekitar.Â
#tempoedoeloe
#kenangan
Aziz Aminudin
{{{ positif, Â sehat dan bahagia }}}
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H