Melihat seniman jalanan ini berjalan berbaris tidak rapi, mencoba menyajikan serangkain irama dan rangkaian nada angklung (calung).
Sejatinya penulis tidak mampu membedakan apa angklung dan calung dan bukan pula pemerhati musik jadi kalau dalam tulisan ini ada yang tidak pas banget maklumi saja, tinggalkan komentar anda jadi saya tahu anda telah datang ke beranda saya hehehe...
Kembali ke topik, bahwa ada hal yang menarik dari mereka, diantaranya  :
Pertama | Alat musik ini tidak satu tapi satu kesatuan untuk menghasilkan nada yang lebih enak ditelinga, artinya mereka untuk bermaen harus membuat tim satu group angklung.
Bila kita melihat menyatukan persepsi dan mencoba mencari sisi kesamaan untuk menjadi tim yang solid tidaklah mudah, dab tentu ada proses panjang sebelum mereka memutuskan untum tampil seperti sekaranh di jalan.
Kedua | Karena alat musik ini banyak atau minimal harus ada satu set, tentu tidak semua orang bisa membuat, disini berarti harus ada modal awal ubtuk membuat group ini.
Berarti minimal tidak bisa seorang sendiri yang mau modal hanya untuk membeli sarltu set angklung untuk turun ke jalan dengan bayaran yang tidak pasti.
Ketiga | Mereka menggunakan seragam yanh sama bahkan ditempat lain saya melihat ada yang menggunakan spatu dan stelan baju yang sama.
Kembali lagi mereka serius pentas musik angklung ini ( totalitas ), baik untuk tujuan menghibur ataubtujuan yang utama mencari sesuap nasi.
Keempat | Tanpa tarip, ini yang menarik saya lihat tidak ada tarif baku, hanya memaenkan musik bersama menyusuri jalanan dan ada seorang sebagai pembuka jalan yang ia berjalan zig zag dari rumah diseberan kanan ke rumah seberang kiri dengan membawa tempat semacam ember, bisa juga kerdus untuk menampung uang dari masyarakat.
Ya, Angklung Ngamen