Akan tetapi saya juga memahami apa yang disampaikan mba jannah bahwa pada kenyataannya dan realita kehidupan banyak orang yang belum dikasih kesempatan sama Allah untuk bahagia, padahal ia telah dianugrakan banyak hal yang bisa membuatnya bahagia.
Benar kata Mas Hamdani tentang bagaimana pikiran bawah sadar merespon informasi dan memaknai terkait pola kalimat negatif sepert kata jangan, tidak, atau kalimat larangan lainnya yang tersusun dengan pola kalimat negatif, maka relatif ( saya tulis dengan kata relatif ) karena kebanyak tapi tidak semua yah... hehehe. Bahwa pikiran akan merespon bukan pada bentuk kalimatnya melainkan pada konten ( isi ) dari kalimat tersebut.
Maka kalau misal " jangan pikirkan kucing, Tidak Bahagia, atau Jangan Bahagia " maka pikiran bawah sadar relatif akan fokus pada konten ( isi ) kalimat bahagia, akan tetapi ini bergantung dengan rangkaian kalimat apa yang menyertainya kalau kontennya banyak positif dan memberdayaakan sejatinya pola kalimat tidak jadi masalah mau bentuk positif atau negatif tidak usah jadi persoalan, yang terpenting pastikan konten ( isi ) kalimat kita berisikan isi kalimat yang memberdayakan atau positif.
Tapi diluar itu semua, saya sangat sepakat pada apa yang disampaikan terkait kunci bahagia adalah "Bersyukur".
Bahagia ku, versi saya...
Hehehe yang tulisan bagian akhir ini "Tidak Penting"Â jadi anda tidak harus membacanya, karena saya yakin anda juga sejatinya sudah mengerti apa yang akan saya tuliskan soal bahagia ini.
Bahagia sejatinya ada dalam hati anda, bahagia sejatinya anda yang tahu apa yang menjadikan anda bahagia dan bahagia sejatinya sangat sangat dan sangat mudah kalau anda tahu dan benar -- benar memahami esensi bahagia itu sendiri.
Banyak orang yang merasa hidupnya tidak bahagia, banyak yang merasa ia tidak menikmati hidupnya sejatinya karena ia memilih untuk fokus pada fokus hal -- hal yang membuatnya terjebak pada rasa yang tidak membuatnya bahagia.
Semua orang yang lahir kedunia ini dilahirkan dengan ketrampilan bawah sadar untuk bahagia, dan telah menjadi praktisi bahagia sejak dari kecil, coba ingat .... saat ia dibelikan maenan dan ia bahagia dengan mengekspresikannya, saat ia dicandain ia bahagia, saat ia disenyumin ia bahagia...
Bahkan sampai pada pertumbuhan dimana pikiran mulai dikenalkan dengan value ( nilai ) dalam kehidupannya yang diyakini, saat itu orang akan memiliki mindset ( setting pikiran ) tentang bahagianya.
Sayangnya.... banyak yang terjadi Inprint ( salah program ) terkait indikator bahagia sehingga ia memberikan apapun respon atas capaian yang belum sesuai harapan dianggap sebagai sesuatu yang harus disikapi dengan rasa sebaliknya, baik sedih, galau, sakit hati dll.