" karena Allah tidak meridhoi " salah satu komentar member group WhatsApp [CIPOK] HYPNOTHERAPY group komunitas hipotist yang dikelola MPCSchool of Hypnotism, ini bermula dari viralnya video yang sedang ramai terkait dengan 6 santri atraksi dilindas mobil L300 pada acara wisuda dan perpisahan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Kholil di Jalan Limunjan, RT 21, Kelurahan Sambaliung, Kalimantan Timur pada Kamis (3/5) dan atraksi dilakukan untuk mengisi acara momen perpisahan kelas tiga.
Salah satu member group menanyakan bagaimana pandangan video yang sedang ramai dati tinjauan hypnosis ?.
Sontak ini menjadi perhatian dan jadi diskusi yang rame terkait bagaimana pemahaman dan persepsi terkait aksi yang sedang viral ini, penulis tidak akan mengulas bagaimana perdebatan dan diskusi terkait viralnya kejadian yang kali ini terjadi yang menyoroti salah satu perguruan seni bela diri ternama yang dalam atraksi tersebut dipastikan menyebabkan satu orang meninggal dunia.
Lagi dan lagi selalu berulang, dan kadang kita mudah melupakan materi pelajaran kehidupan dari yang sebelumnya terjadi. Bahwa sangat disayangkan banyak masyarakat terkait pertunjukan ekstrim yang dipertujukan dalam acara terkait dengan dunia pendidikan dan wisuda serta perpisahan setingkat SMP dengan pertunjukan ekstrim yang melibatkan santri, tentunya itu memiliki resiko tinggi apabila tidak dilakukan oleh orang yang profesional.
Sebelumnya tentu kita masih ingat bagaimana atraksi profesional di negeri ini yang gagal dalam pertunjukannya yang menyebabkan timnya mengalami luka berat dan nyaris kehilangan nyawanya masih sangat jelas dalam ingatan kita, dan kini lagi kembali heboh dan viral.
Sayangnya kali ini yang menjadi telent adalah santri / siswa yang sejatinya masih berusia anak -- anak, dan tidak disiapkan antisipasi kemungkinan aktraksi gagal baik tim kesehatan ataupun pendukung lain, hal ini tentu sangat disayangkan.
MEMPERTANYAKAN TUJUAN ATRAKSI EKSTRIM DI ACARA TERSEBUT
Tentu semua masih bertanya bagaimana atraksi tersebut bisa dipentaskan pada acara yang harusnya menyuguhkan atraksi yang lebih mendidik dan menghibur bagi santri yang di wisuda dan bahagia di acara perpisahan kelas.
Tapi semua memang telah terjadi, bahwa kenyataannya sampai penulis menuliskan ini infonya masih sangat beragam dan terus berkembang dari beberapa pemberitaan online yang mengatakan bahwa yang meninggal adalah bukan satri MTs Al Kholil, Rangga ( 16 tahun ) adalah warga samarinda yang disitu membantu melatih di ekstrakurikuler Pagar Nusa, sehingga yang bersangkutan ditaruh di posisi yang pertama, sampai pemberitaan bahwa yang bersangkutan adalah santri MTs.
Semua tetap menjadi tidak penting apa ia santri atau bukan tapi yang lebih enjadi penting adalah bahwa ini pelajaran yang sangat berharga dalam setiap kali mengelar aksi pertunjukan yang ekstrim khususnya sejatinya panitia atau pun penyelenggara semestinya menyiapkan kemungkinan hal tertidak baik ( gagal atraksi ) sehingga dapat melakukan upaya pertolongan pertama dengan cepat.