Mohon tunggu...
azizahsyifalianti
azizahsyifalianti Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan PT Telkom Indonesia

Karyawan PT Telkom Indonesia yang bergelut di bidang digital dan Internet of Things

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Rehabilitasi Stroke dengan Artificial Intellligence sebuah Inovasi Kesehatan yang Mendukung SDGs

3 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 5 Januari 2025   18:04 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi Teknologi untuk Rehabilitasi Stroke

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam perawatan kesehatan, terutama bagi pasien yang mengalami disabilitas akibat stroke. Stroke telah menjadi salah satu penyebab utama disabilitas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Setiap tahunnya, semakin banyak pasien stroke yang membutuhkan rehabilitasi jangka panjang untuk memulihkan kemampuan beraktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living atau ADL). Menurut data Kementerian Kesehatan, stroke telah menjadi salah satu penyebab utama disabilitas di Indonesia, memengaruhi kualitas hidup ribuan orang setiap tahunnya. Dalam upaya memberikan solusi yang lebih efektif dan efisien, para peneliti dari Universitas Telkom, Bandung, mengembangkan teknologi biofeedback berbasis edge computing yang memungkinkan pasien stroke menjalani rehabilitasi dari rumah dengan lebih mudah, cepat, dan aman. Teknologi ini bukan hanya membantu mempercepat pemulihan pasien, tapi juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) untuk menciptakan dunia yang lebih sehat dan inklusif.

Apa Itu Biofeedback dan Mengapa Penting untuk Pemulihan Stroke?

Biofeedback adalah metode yang memungkinkan pasien melihat langsung bagaimana tubuh mereka merespons latihan atau aktivitas tertentu. Teknologi ini menggunakan sensor yang ditempelkan di tubuh pasien untuk mengukur:

  • Detak jantung (ECG) : Mengetahui kondisi jantung yang penting selama pemulihan.
  • Aktivitas otot (EMG) : Mengukur kekuatan otot untuk melihat kemajuan gerakan tubuh.
  • Gelombang otak (EEG) : Memonitor aktivitas otak untuk mengetahui tingkat fokus atau relaksasi selama terapi.

Dengan bantuan data ini, pasien dapat lebih mengerti perkembangan mereka, dan terapis dapat memberikan program latihan yang lebih tepat sasaran. Jadi, latihan yang dilakukan bukan lagi asal bergerak, tetapi benar-benar sesuai kebutuhan tubuh pasien, yang tentu bisa mempercepat pemulihan.

Artificial Intelligence: Solusi Terdepan untuk Deteksi Kesembuhan Pasien

Teknologi ini juga menggunakan artificial intelligence --- sebuah inovasi di mana data diproses langsung secara otomatis, dengan self-learning berdasarkan data yang dipelajari oleh model. Dengan menggunakan jaringan 5G dan kecerdasan buatan (AI), data yang dihasilkan oleh sensor pada tubuh pasien dapat diproses dengan cepat. Hal ini dapat mempercepat proses pemantauan dan analisis, mengurangi keterlambatan (latency), dan menjaga privasi data pasien.

Manfaat Utama Teknologi Biofeedback Edge Computing dalam Rehabilitasi Stroke

Teknologi ini menawarkan berbagai keunggulan, antara lain:

  • Rehabilitasi Mandiri: Dengan perangkat wearable, pasien stroke dapat melakukan latihan rehabilitasi di rumah sambil tetap dipantau oleh tenaga medis.
  • Akurasi Tinggi: Sistem ini mengintegrasikan AI untuk mengklasifikasi sinyal biofeedback secara akurat, membantu dokter dalam menilai kemajuan pasien dan membuat rencana rehabilitasi yang lebih personal.
  • Efisiensi Energi dan Waktu: Dengan pengolahan data langsung di edge computing, konsumsi energi lebih rendah dan waktu respon lebih cepat, menjadikannya pilihan ideal untuk kebutuhan rehabilitasi yang intensif.

Bagaimana Teknologi Ini Berkontribusi pada Pencapaian SDGs?

Teknologi biofeedback ini mendukung beberapa target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pertama, SDG 3 yang berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan untuk semua. Melalui teknologi ini, rehabilitasi menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat luas, termasuk mereka yang tinggal di desa atau daerah terpencil. Selain itu, SDG 9 yang menekankan pentingnya inovasi dan infrastruktur yang tangguh juga tercapai dengan adanya teknologi edge computing, karena memungkinkan tersedianya layanan kesehatan modern yang efisien dan hemat biaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun