Penulis : Nawal El Saadawi
Judul buku : Perempuan dalam Budaya Patriarki
Judul Resensi: Sejarah Kelam Masa Kecil Nawal El Saadawi
Tempat Terbit : Yogyakarta
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tahun Terbit : Cetakan Pertama Tahun 2001
Tebal Halaman : 430
Ini adalah sebuah kisah tentang Nawal Elsaadawi sendiri, dia mengingat masa kecilnya yang suram, bahwa dia kehilangan masa kanak-kanaknya dengan sia-sia. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dia mulai paham tragedi apa yang terjadi. Faktanya pada masa itu, anak yang lahir dengan kelamin perempuan ditakdirkan untuk terus merasakan kepiluan, bahkan sang istri diancam dicerai oleh suaminya apabila tidak segera melenyapkan anak perempuannya.Â
Tragedi lainnya yang dirasakan oleh perempuan adalah penyunatan. Dimana penyunatan kelamin perempuan yang dilakukan di Sudan yaitu sepuluh kali lebih kejam daripada yang diderita oleh gadis-gadis Mesir. Juga banyak anak perempuan yang harus mengakhiri masa pendidikannya karna dipaksa menikah oleh orang tuanya, mirisnya calon suami yang ditawarkan itu adalah seorang kakek tua, dengan alasan menyandang banyak harta.Â
Perihal tragedi itu Nawal Elsaadawi sering menanyakan kepada keluarganya, mengapa hak dan kebebasan laki-laki itu lebih jauh diperhatikan dibandingkan perempuan. Namun kedua orangtuanya tidak pernah memberi jawaban yang puas atas pertanyaan yang dia lontarkan. Maka dalam hal ini, sang nenek ikut andil memberi jawaban atas pertanyaaan-pertanyaan itu. "Tentu saja kamu tidak sama dengan laki-laki, kamu itu perempuan". jawaban sekaligus pernyataan yang diberikan neneknya tadi, membuat ia terhenyak. Pikiranya mulai merasa panas dan semakin meletup-meletup, seolah-olah memang laki-laki yang lebih unggul dibanding
perempuan.Â
Karena ketidakpuasannya terhadap jawaban itu, membuat Nawal Elsaadawi terus berfikir untuk melakukan penelitian sehingga hadirlah buku ini. Sebab menurutnya masih banyak pemikir-ilmuwan, penulis, pemikir-pemikir sosial dan politik yang menutup mata terhadap fakta-fakta tersebut. Â
Berbagai macam bentuk penindasan diterima dan dirasakan oleh perempuan. Mereka dikurung dalam sebuah kegelapan dan kebodohan serta tercabut dari pengetahuan yang benar. karena kehidupan mereka mulai dari masa kanak-kanak sampai mengalami pertumbuhan, diasingkan dari segala macam bentuk pengetahuan, baik tentang tubuh atau tentang dirinya sendiri. Bahkan dalam pandangan hukum dan tradisi, keagamaan laki-laki dianggap lebih dekat kepada sebuah kebenaran dibanding anak perempuan. Sementara perempuan dianggap lebih cenderung kepada kebohongan, penipuan dan kurangnya kesadaran serta pengertian.
Pada masa Romawi kuno kedudukan perempuan benar-benar berada di titik terendah. Mereka berada dalam genggaman serta belas kasihan laki-laki. Bahkan dalam undang-undang Romawi, dominasi laki-laki terhadap perempuan disucikan dalam bentuk-bentuk yang sangat ekstrim.Â
Tegaknya sistem patriarkat membuat perempuan  menderita dan dirundung pilu secara terus menerus. Mereka ditindih dengan beban penindasan, berbagai macam tuduhan dilontarkan dengan lantang, perempuan  dianggap sebagai sumber kejahatan dan malapetaka bagi laki-laki, dan hanya karena sebuah alasan yang ringan perempuan dengan mudah dibunuh hidup-hidup.Â
Sebelum lahirnya Islam, sejarah perempuan tidak pernah lepas dari penderitaan, bahkan sering berakhir dengan kematian. Perempuan yang berani mengeluarkan suaranya untuk memprotes atau menentang, ia akan langsung berhadapan dengan hukuman kejam.Â