Mohon tunggu...
Azizah putri Ramadhani
Azizah putri Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas

Hai! Aku Azizah biasa dipanggil Eji. Gadis yang baru menginjak usia 20 tahun yang memiliki hobi berbicara di depan umum! Oh ya, saat ini aku juga sudah mulai menyukai kegiatan menulis!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kue Untung: Sahabat Hingga Tua

28 Desember 2023   18:13 Diperbarui: 28 Desember 2023   18:42 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beragam cara dari para orang yang sudah menginjak usia senja dalam mengisi hari tuanya. Begitu pula hal nya dengan Basril (66) seorang penjual kue pancung yang saya temui ketika pulang pergi kampus melewati pasar baru. Terhitung sudah beberapa kali saya berpapasan dengan Pak Basril ini. Namun, karena sering terburu-buru  saya tak sempat mencobakan jajanan kue pancung yang dijual oleh beliau. Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada Selasa 05 Desember 2023, kelas perkuliahan cepat selesai dari pada hari sebelumnya. Dan lagi, saya melihat seorang bapak-bapak mendorong gerobak berwarna biru di seberang jalan tak jauh dari Polsek Pauh. Karena sudah lama penasaran dengan apa itu "kue pancung" dan bagaimana rasanya, tanpa pikir panjang saya segera menuju ke arah seberang.

"Pak beli kuenya sepuluh ribu" ucap saya mengawali percakapan dengan Pak Basril. Dengan segera Pak Basril mengaduk adonan kue di dalam sebuah kulah yang cukup besar dan memasukkannya ke alat pemanggang yang otomatis sudah menjadi alat cetakan dari kue itu. Di momen tersebutlah saya mulai berkenalan dengan Pak Basril yang ternyata memiliki sifat "friendly" kalau kita memakai bahasa kekinian. Percakapan mengalir begitu saja. Dan dari sana saya dapati informasi bahwa Pak Basril sudah berjualan kue pancung sejak tahun 1985. Waw, sudah 38 tahun. Hal menarik lainnya bagi saya, ternyata Pak Basril merupakan orang Solok, sama seperti saya. Hanya saja kampung Pak Basril di wilayah Cupak, Kabupaten Solok sementara saya di wilayah Solok kota. Tidak masalah, yang penting sama-sama Solok. Sekarang Pak Basril mempunyai rumah di sekitaran Pasar Baru Kecamatan Pauh. Ia memiliki enam orang anak dan tinggal satu yang belum lepas, alias lima orang anaknya sudah menikah.

Pak Basril yang jauh lebih tua dari pada saya, ternyata memilih tetap berjualan karena memang itu sudah menjadi hobinya. Semakin lama percakapan itu membuat saya merasa seolah tertampar. Saya rasa, hal yang sama akan terjadi juga jika kaum muda yang suka rebahan ikut mendengarkan hal ini. Bagaimana tidak. Semangat produktif yang menggebu terpancar jelas di dalam diri Pak Basril.

Dahulu, ketika di madrasah guru saya pernah memberikan sebuah nasehat kepada kami. Beliau mengatakan, " jika ingin dilimpahkan rezeki berlebih, mulailah bekerja sebelum matahari terbit ketika bumi masih mengeluarkan embunnya yang artinya ketika waktu subuh, dan usailah ketika bumi kembali menjadi gelap." Hal ini saya temui pada diri Pak Basril. Biasanya, ia akan mulai berjualan sejak pukul 05.00 WIB dini hari setiap harinya. Selesai shalat subuh, ia langsung berjalan menjajalkan kue pancung jualannya hingga pukul 19.00 WIB. Kecuali pada saat wabah covid-19 melanda, Pak Basril hanya berjualan di depan rumah saja. "Apakah bapak tidak lelah terus berjalan mendorong gerobak setiap hari, Pak?" Tanya saya kepada Pak Basril. "Tidak, sambil olahraga biar sehat. Kalau pakai motor terlalu cepat jalannya. Lagian berjualan seperti ini menyenangkan." Jawab Pak Basril dengan semangatnya yang membuat saya kagum. Pak Basril biasanya akan berjalan di seputaran daerah Pasar Baru, Pasar Ambacang, Ampang, lalu balik lagi ke daerah Simpang Pasir terkadang juga sampai mendekati gerbang kampus UNAND.

Pak Basril lalu bercerita bahwa anak bungsunya seorang marinir yang bertugas di wilayah Medan, Sumatera Utara. Sebenarnya bisa saja Pak Basril memilih tidak berjualan dan berisitirahat saja di rumahnya. Karena kebutuhan hidupnya bisa dibiayai oleh anak-anaknya. Tetapi, karena berjualan sudah menjadi hobi dan bekerja seakan sudah menjadi bagian hidupnya, Pak Basril tidak senang jika hanya berdiam diri di rumah saja. Karena kue pancung pesanan saya telah selesai, percakapan itu berhenti sampai di sana. Tidak ditemukan adanya keluhan selama percakapan saya dengan Pak Basril berlangsung. Inilah yang membuat saya kagum dengan beliau. Dan semangat seperti inilah yang harus ada di jiwa semua orang terutama pada anak muda

doc: Azizah Putri Ramadhani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun