Judul Film        : Onde Mande
Produser         : Suryo Wigoyo & Cristian Imanuell
Penulis Skenario : Paul Agusta
Perusahaan Produksi : Visinema Pictures
Tanggal Rilis     : 22 Juni 2023
Durasi Film       : 97 Menit
Film "Onde Mande menceritakan tentang perjalanan dan lika-liku warga desa Sigiran yang terletak di tepi Danau Maninjau, Sumatera Barat untuk menjemput uang sayembara seharga dua miliar yang dimenangkan oleh seorang pensiunan guru bernama Angku Wan. Ia tinggal seorang diri di rumahnya. Film ini dimulai dari Angku Wan yang pergi ke lapau Da Am untuk menyaksikan pengumuman sayembara lewat televisi yang diadakan oleh salah satu perusahaan sabun. Sambil meneguk teh telur, tak disangka momen mengejutkan sekaligus membahagiakan terjadi. Angku Wan memenangkan undian sayembara tersebut. Ia mengatakan bahwa uang yang didapat dari sayembara itu diprioritaskan untuk pembangunan dan kemajuan desa Sigiran. Angku Wan akan diantarkan oleh Da Am ke kota Padang untuk mengurus segala hal yang terkait dengan pencairan uang tersebut. Keesokan hari menjelang pergi ke kota Padang, Da Am menjemput Angku Wan ke rumahnya. Namun sayang, Da Am menemukan Angku Wan tergeletak tak bernyawa di rumahnya.
Hari berlalu. Da Am dan Ni Ta berunding dan memutar otak agar uang sayembara itu bisa didapatkan dan impian Angku Wan untuk memajukan desa pun bisa dilaksanakan. Dengan banyak pergolakan, akhirnya Da Am mengundang tokoh-tokoh desa termasuk salah satunya adik ipar Angku Wan yang bernama H. ilyas untuk musyawarah mengenai hal ini. Da Am mengutarakan rencananya untuk memalsukan identitas Angku Wan. Namun, H. ilyas menentang keras hal tersebut karena itu adalah cara yang salah.Â
Setelah perundingan selesai, H. ilyas pulang ke rumahnya dan meminta dua anaknya untuk pergi ke Jakarta mencari ahli waris dari Angku Wan. Di saat yang bersamaan, Da Am mendapat kabar bahwa akan ada dua orang utusan dari perusahaan untuk pergi ke rumah Angku Wan dengan tujuan memeriksa sekaligus memverifikasi penerima undian sayembara.Â
Mengetahui hal ini, Da Am dan Ni Ta panik bukan kepalang. Da Am bersama warga desa dengan  sekuat tenaga berusaha mensiasati cara agar dua orang utusan perusahaan tersebut percaya dengan apa yang akan mereka katakan nanti. Awalnya Da Am akan mengaku sebagai Angku Wan. Namun ketika orang perusahaan itu datang, Da Am mengatakan bahwa Angku Wan sedang pergi ke seberang danau untuk mengurus sesuatu. Mar, anak gadis Da Am dan Ni Ta diminta untuk oleh orang tuanya menemani orang dari perusahaan ini sekaligus mengalihkan fokus mereka. Karena sudah beberapa hari, akhirnya dua orang utusan perusahaan ini berniat menyusul Angku Wan ke seberang danau ditemani oleh Mar. Di lain tempat, Hadi dan Huda anak H. ilyas yang pergi ke Jakarta tadi sudah menemukan jawaban dari pencarian mereka. Salah satu dari dua orang utusan perusahaan itu, yakni Anwar, merupakan anak kandung dari Angku Wan.  Mar pun juga mendapatkan kabar itu. Dengan segera, mereka memutar arah perahu untuk balik. Sesampainya di lapau Da Am, para warga sudah banyak berkumpul. Anwar tak kuasa menahan air mata ketika mendengar kisah tentang ayahnya. Awalnya ada ketidak mungkinan uang undian itu akan cair. Cerita diakhiri dengan Anwar melihat buku yang berisi tentang rencana ayahnya, dan ia pun memutuskan untuk ikut memperjuangkan uang tersebut.
Film Onde Mande mengangkat tentang budaya lokal dengan daerah yang spesifik yaitu Sigiran yang terletak di tepian danau Maninjau, Sumatera Barat. Suasana ranah minangkabau terasa sangat kental pada film ini terutama di desa Sigiran. Di tambah lagi dengan dialek minangkabau yang dibawakan para tokoh, membuat film ini cocok sebagai obat bagi perantau minang yang rindu dengan kampung halaman. Film seperti ini yang saya rasa harus diperbanyak di ranah perfilm-an Indonesia. Karena dengan begitu, wilayah-wilayah serta budaya yang ada di Indonesia bisa terekspos dan lebih dikenal terutama di kalangan anak muda. Melalui film-film sejenis ini kita bisa mengetahui bahwa betapa indah dan kaya rayanya Indonesia ini apalagi pengambilan sorotan gambar yang sangat pas seperti di film ini. Secara cerita, alur pada film ini disusun dengan rapi dan membuat penonton mudah memahami kemana arah cerita film ini meskipun menggunakan bahasa minang. Di beberapa titik, komedi yang bernuansakan ranah minang sukses membuat para penonton tertawa, terutama scene "da dodi" yang dimainkan seorang tokoh bernama Afdal. Hal ini saya saksikan sendiri ketika pertama kali menonton film ini di bioskop.
Namun sangat disayangkan, menurut saya porsi komedi pada film ini sangat sedikit dan menanggung serta scene yang mengandung dramatisasi feel nya susah didapatkan. Setelah scene komedi "da dodi", para penonton terutama saya, memiliki ekspetasi yang tinggi pada film ini. Namun ternyata, komedi yang benar-benar dapat dirasakan hanya pada bagian itu saja. Selain itu, ending dari film ini membuat saya sempat sedikit terkaget-kaget karena cukup menggantung. Tidak diperlihatkan bagaimana uang undian itu didapatkan atau bagaimana uang undian itu dipergunakan untuk mewujudkan salah satu impian dari Angku Wan. Tetapi jika kita melihat dari sudut pandang lain, mungkin saja film ini tidak menyelesaikan akhir yang demikian karena ingin menyampaikan pesan kepada warga di daerah tersebut, untuk melanjutkan impian-impian untuk memajukan desa itu secara nyata.
doc: Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H