Lonjakan kasus positif Covid-19 memang menimbulkan kekhawatiran dari  berbagai kalangan, tidak terkecuali pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, atau biasa dikenal dengan UMKM. Aturan pemerintah untuk melakukan PSBB menjadi faktor pemicu jual beli secara langsung mengalami kendala.
Penjarakan sosial yang diterapkan berdampak pada sepinya pembeli, hal ini tentu saja berpengaruh pada penurunan pendapatan. Omset yang terus menerus menurun ini juga berdampak pada pengurangan jumlah karyawan. Jika hal ini terjadi, tentu saya akan terasa sulit bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan kembali di masa pandemi Covid-19.
Sulitnya mendapatkan pekerjaan kadang memaksa kita untuk berani mempertahankan apa yang sudah ada. Seperti halnya yang dialami Gunawan Efendi, seorang penjual angkringan di Yogyakarta. Gunawan Efendi atau yang kerap disapa akrab sebagai Mas Gondrong memilih tetap bertahan membuka angkringannya ditengah virus berbahaya Covid-19 yang sedang melanda.
Dikenal dengan nama Angkringan Pa'Ong yang diambil dari nama kakaknya, Ongki. "Kakak saya namanya Ongki." ucap Mas Gondrong, "Kan kakak saya udah punya anak satu, jadi dipanggil Pak Ong." lanjutnya.
Angkringan yang sudah berdiri sejak lama, tepatnya pada bulan Januari tahun 2015 ini tetap dijalaninya meskipun harus jatuh bangun melawan krisis ekonomi dimasa pandemi. Mas Gondrong mengaku bahwa awal pandemi Covid-19 ini hampir sama sekali tidak ada pembeli yang menjajakan jajanan di angkringannya.
"Lha mau bagaimana lagi, kita dateng jam 13:00 untuk prepare, makanan dateng itu sekitar  14:30, nanti ada pembeli baru jam 17:00 atau jam 18:00 sore. Belum lagi kena waktu PSBB suruh tutup dari mulai jam 21:00 terus ganti lagi jam 20:00 sampai  akhirnya jam 19:00. Ya, masa buka terus disuruh tutup lagi." ucap Mas Gondrong.
Angkringan yang normalnya buka dari jam 15:00 sampai jam 00:00 WIB ini memang sempat mengalami masa sulit disaat aturan pemerintah yang mewajibkan para membuka usaha untuk menutup usahanya lebih awal. Bahkan beberapa usaha pun ada yang harus ditutup sementara karena pandemi Covid-19.
"Alhamdulillah nggak pernah tutup, tapi ya itu, kena dampaknya sampai gaada yang beli, kalo ada pun juga cuma take away." ucap Mas Gondrong. Â
Selain itu, dampak pandemi Covid-19 juga berpengaruh pada naiknya harga bahan baku di pasaran. Hal ini tentunya memicu kenaikan harga makanan yang dijual di angkringan. "Kami menyiasati dengan sedikit menaikan harga makanan, enggak banyak-banyak, biar nggak kaget pembelinya, karena inikan jalan kecil, nggak kayak di Malioboro yang wisatawan banyak dari orang luar." ucap Mas Gondrong.
Namun, hal ini tidak mematahkan semangat Mas Gondrong untuk tetap membuka angkringannya agar dapat menenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi di masa pandemi. Angkringan yang awalnya merupakan usaha tambal ban dan bensin milik orang tuanya ini tetap ia syukuri.