Mohon tunggu...
Giat 9 Desa Kenteng
Giat 9 Desa Kenteng Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis kalau sedang stress, stress kalau sedang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Unnes Giat 9 Desa Kenteng Dorong Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Menjadi Ekoenzim

25 Agustus 2024   21:59 Diperbarui: 25 Agustus 2024   23:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Semarang (UNNES) atau Giat 9 Desa Kenteng mengadakan pelatihan pembuatan ekoenzim dari sampah rumah tangga. Pelatihan ini berkolaborasi dengan TP PKK dan UP2K, bertujuan mengurangi volume sampah organik, memanfaatkan sampah organik yang tidak terpakai, serta memberikan nilai tambah melalui produk ekoenzim yang bermanfaat bagi masyarakat. Pelatihan dilaksanakan pada hari Selasa, 30 Juli 2024, bertempat di salah satu rumah kader UP2K. Kegiatan dimulai pada pukul 14.00 hingga 16.30 WIB. Acara pertama diawali dengan sambutan dari Ketua UP2K Desa Kenteng Ibu Ana Ghosiyatul U, S.Pd., yang diwakilkan oleh Ibu Maria Ana Sriwati.

Sambutan yang disampaikan Ibu Maria Ana Sriwati mencakup pembekalan kepada para kader UP2K untuk terus semangat dalam pengkaderan dan turut berpartisipasi aktif di setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh UP2K maupun Desa Kenteng, baik itu berupa seminar, pelatihan, dan lain sebagainya.

Kemudian beliau mempersilahkan Kelompok Giat 9 untuk mengisi kegiatan. Kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Giat 9 Desa Kenteng berupa pelatihan Ekoenzim. Pelatihan Ekoenzim dilatar belakangi oleh banyaknya sampah organik yang ada di TPS3R Desa Kenteng. Penumpukan sampah organik yang berlebihan ditakutkan akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.

Hal ini menginspirasi salah satu mahasiswa dari program studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Semarang untuk membuat pelatihan pembuatan Ekoenzim dengan memanfaatkan limbah organik rumah tangga yang tidak terpakai lagi. Ekoenzim merupakan hasil fermentasi selama tiga bulan dari sampah organik rumah tangga, berwarna coklat dan beraroma asam khas fermentasi. Ekoenzim memiliki banyak manfaat diantaranya digunakan untuk desinfektan yaitu hand sanitizer. Sedangkan bagi kesehatan bisa digunakan untuk meredakan infeksi. Dari segi pertanian bisa digunakan sebagai pupuk dan pestisida. Secara ekonomi dapat menghemat pengeluaran karena ekoenzim dapat digunakan sebagai cairan pembersih dan pembasmi kuman seperti pel lantai, mencuci toilet, mencuci piring.

Pelatihan pembuatan Ekoenzim disaksikan oleh seluruh kader UP2K. Selain itu, kader UP2K juga berpartisipasi aktif dalam praktik pembuatan Ekoenzim. Alat yang digunakan dalam pembuatan Ekoenzim hanya dengan wadah plastik yang memiliki tutup atau biasa disebut dengan toples plastik. Bahan yang digunakan gula (gula merah, gula aren, gula jawa, atau tetes tebu/molase), limbah organik (sampah mentah (belum diolah) yang masih segar (tidak busuk), tidak keras (biji, batang, kulit durian), tidak kering (kulit bawang, kulit jagung) dan tidak berlemak (alpukat, durian), dan air. Perbandingan takaran pembuatan Ekoenzim 1 : 3 : 10, gula/molase : limbah organik : air. Hal yang wajib diperhatikan dalam pembuatan Ekoenzim adalah setiap hari dalam dua minggu pertama wadah dibuka untuk mengeluarkan gas, setelah minggu ketiga membuka wadah cukup satu minggu sekali, dan Ekoenzim difermentasi selama tiga bulan baru bisa digunakan.

Kader UP2K sangat antusias dengan pelatihan Ekoenzim yang sedang berlangsung. Salah satu kader UP2K, Bu Debby, mengungkapkan, "Beberapa warga masyarakat sudah ada yang membuat Ekoenzim, Mbak. Semoga dengan adanya pelatihan ini semakin banyak warga masyarakat yang terinspirasi dan tumbuh kesadaran diri untuk menjaga lingkungan."

Keberhasilan pelatihan pembuatan Ekoenzim ini diharapkan dapat menjadikan Desa Kenteng sebagai contoh dalam pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan dan mendorong masyarakat untuk menerapkan praktik dan menggunakan produk yang lebih ramah lingkungan.

Azizah Nur Aini, Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun