Whatsapp resmi milik mark zuckerberg  memang belum (atau mungkin tidak akan) memasang fitur balasan otomatis, entah karena faktor apa itu adalah prerogatif pengembang.Â
Yang jelas, ada banyak konsumen yang merasa penting dengan fitur tersebut, sehingga dimanfaatkan oleh para pengembang lain untuk memodifikasi aplikasi whatsapp vers mod (modifikasi).
Aplikasi whatsapp tersebut biasa di singkat menjadi whatsapp mod, banyak bertebaran jika kita ketik dari mesin pencarian. Namun, penulis tidak menyarankan untuk menggunakannya. Karena konon katanya rawan dan sangat beresiko terhadap virus malwert (jelas teman).
Meski demikian, penulis sendiri menggunakan salah satu whatsapp mod sejak Agustus 2019 hingga sekarang.Â
Memang terdapat kelebihan dan kekurangan dibandung whatsapp versi resmi, ada kecemasan dan kecemasan menggunakan whatsapp mod, antara lain (katanya) tidak aman, rawan virus, sewaktu-waktu jika pengembang pailit atau tidak lagi update dengan aplikasi sistem yang berkembang saat ini maka bisa berakibat nomor terblokir dengan sendirinya.
Kelebihan yang penulis rasakan dari whatsapp mod versi tertentu adalah bisa membalas otomatis sesuai dengan kalimat yang kita inginkan, bahkan pernah iseng menggunakan kalimat balasan otomatis yang isinya membuat bingung si penerima chat, berisi curcol, informasi juknis, informasi kegiatan, dan lain-lain.
Kelebihan tersebut justru adalah sebuah kekurangan, betapa tidak?, pernah penulis diomelin oleh si penerima chat karena tiap kali mereka chat selalu mendapatkan balasan otomatis yang di setting sebanyak 10 kali balasan setiap kali chat, mereka merasa risih, tak sedikit yang menganggap seperti chat dengan robot.
Namun ada juga yang menganggpanya sebagai hiburan, karena hanya dengan mengetik satu huruf a, b, c, maka akan mendapatkan balasan otomatis sebanyak 10 kali.
Teknologi emang selalu berevolusi, para pengembang aplikasi berkompetisi menunjukkan eksistensi, berbekal evaluasi dari konsumen yang bermental konsumsi, para pakar IT memanfaatkan peluang untuk menuangkan kreatifiitasnya, menangkap gayahidup konsumen yang cenderung tidak puas pada suatu aplikasi dan isi (fitur) mendorong para pengembang aplikasi bergerak cepat perbaiki produk mereka.