Ini hanya terjadi di negeri dongeng, alias tak ada dalam dunia nyata. Rakus adalah ingin memperoleh lebih banyak dari yang diperlukan (ref : KBBI), Pelit adalah kikir. Rakus dan pelit merupakan satu paket termasuk akhlak tercela, sangat tidak dianjurkan untuk dipelihara dalam diri manusia. Orang memiliki sifat rakus biasanya memiliki sifat pelit karena keduanya saling keterkaitan.Tidak dipungkiri, sifat dasar manusia pada umumnya memiliki sifat rakus dan pelit, meski banyak juga yang sederhana dan pemurah atau dermawan sebagai akronim dari rakus dan pelit.
Anyway, kita bercerita di negeri dongeng tentang manusia rakus dan pelit, namun jika ada kesamaan kondisi atau kemiripan itu diluar kesengajaan, yang jelas artikel ini memang diangkat dari fenomena nyata terjadi, hanya dikemas dalam narasi fiksi.
Di suatu negeri yang entah berantah di salah satu belahan bumi yang luas ini, diperkirakan berada di masa Raja Qorun yang rakus dan pelit, sebut saja negeri itu bernama "jahim". Negeri jahim termasuk negeri subur makmur, terdapat suku kecil (mungkin kalau sekarang setara dengan desa) beserta penduduknya yang berjumlah kisaran kurang dari 10 orang.
Kepala suku tersebut termasuk orang kaya diantara lainnya, meski demikian dikenal sebagai sosok yang "Rakus dan Pelit", para suku lain pun banyak yang tidak suka terhadap kepala suku tersebut terlebih adalah dari penduduknya sendiri. Sifat rakus dan pelit itu benar-benar akut, boleh dibilang mustahil untuk berubah menjadi sosok yang sederhana dan pemurah, bahkan kerakusannya semakin menggila saat mendapatkan suatu bonus upeti dari penduduk suku lain.
Sosok kepala suku yang rakus dan pelit itu tentunya tidak sendirian namun menular kepada beberapa penduduknya sendiri, sang kepala suku seolah menganggap rakus dan pelit itu sebagai sesuau yang lumrah dan wajar. Parahnya, rakus dan pelit merupakan akhlaq termulia yang ia miliki sepanjang hayart (na'udzubillah min dzalik).Kekayaaan melimpah, duit banyak, harta banyak, anak tidak lebih dari 3 ternyata tidak dapat menjadikannya sebagai manusia ahli syukur, justru semakin nyaman dengan sifat rakus dan pelitnya, ia beranggapan bahwa hal tersebut dapat menjadikannya semakin kaya dan banyak duit.
Pundi-pundi duit digenggam erat, dikumpulkan, bahkan ditelan mentah-mentah karena saking cintanya pada duit, sesekali saat menerima duit dari suku lain duit itu dijilati, diciumi, disembah, hingga dipasang di jidatnya karena saking mendewakannya duit. (hiperbolis)
"jangan menjadi manusia rakus dan pelit, atau salah satunya"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI