Mendengar atau membaca kata liar spontan terbesit asumsi negatif atau buruk pada suatu objek terlebih pada sang anak si buah hati. Semua orang tua tentunya sangat mendambakan anak sesuai yang diharapkan dan diinginkan orangtuanya, namun para orang tua sering terjebak pada pengharapan dan keinginan hingga memaksakan kehendak serba saklek harus sesuai dengan yang tertanam dalam pikiran para orangtua. Akhirnya anak tanpa disadari dijadikan objek pelampiasan bagi para orangtua saat bertemu masalah dengan mengkoleksi dan mencari celah kesalahan pada diri anak.
Orangtua sering terlena bahwa anak punya hak mengekpresikan jiwanya menciptakan bahagia versinya sendiri bahkan tanpa campur tangan atau doktrinan orangtuanya.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi para orang tua dalam perlakukan sang buah hati tercinta :
1. Rencana
Bahkan mungkin jauh-jauh hari rencana tentang anak sudah tersusun sedemikian rapih sebelum memasuki jenjang berumah tangga, pendidikan, harapan, jodoh, karir, warisan, dan lain sebangsanya. Ada banyak juga para orangtua yang telah merencanakan tentang anak dimulai sejak masa kehamilan hingga kelahiran. Tak ada orang tua yang menginginkan anaknya tidak hidup bahagia, sekalipun (maaf) kelahiran anak yang diluar nikah misalnya tentu berharap anaknya hidup layak bahagia memiliki prospek masa depan cerah.
Sejatinya, para orangtua tentu sangat tahu persis tentang kondisi kejiwaan anaknya lebih dari oranglain tahu, namun adakalanya justru malah orang lain yang lebih tahu tentang kejiwaan dari si anak misal walikelas, guru BP, guru mata pelajaran, guru les, sahabat, saudara, guru spiritual. Ini sangatlah wajar mengingat anak juga perlu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Beberapa hal tentang penanama pendidikan sejak Diniyah :
a. Pendidikan Aqidah, anak harus dikenalkan tentang sang pencipta dan penciptaan secara bertahap sebagai hubungan vertikal (habluminallah)
b. Pendidikan Akhlaq, anak harus dibekali cara ia berprilaku dan perlakukan sesuatu bahwa bukan cuma sebatas sesama manusia namun dengan lingkungan alam sekitar. Nah, dari sini para orangtua sering terlena dengan mengabaikan atau menganggap remeh pentingnya perlakuan terhadap alam sekitar dengan dalih jijik, kotor, bahaya, rawan penyakit, dan lain sebangsanya.
c. Pendidikan liar, sangatlah wajar manakala mendengar kata liar langsung terbesit sesuatu yang buruk, karena secara umum liar adalah kebebasan tanpa aturan. Penulis memaknai liar adalah bergaul dengan lingkungan alam sekitar semisal sungai, gunung, kebon, sawah, hujan, angin, api, becek, got yang tentunya dalam batas pengawasan ketat orangtuanya. Dan sangat tidak dianjurkan dibiarkan tanpa pengawasan ketat karena bisa berbahaya.
2. Bebaskan