Kedahsyatan makhluk tak terlihat itu dalam mengobrak-abrik kekebalan tubuh memang luar biasa. Demam tinggi, tenggorokan sakit, anosmia, badan serasa digebuki, bagian tubuh yang lemah pasti diserang. Belum lagi harus melakukan banyak hal sendiri karena diisolasi. Lengkap sudah, lelah fisik dan psikis.Â
Tentu saja aku tidak sendirian. Sudah banyak yang merasakannya. Bahkan aku adalah penghuni kantorku yang terakhir terpapar. Selorohan seorang teman "Semua akan covid pada waktunya" ternyata benar adanya. Nah, di hari istimewa ini, tepat 17 Agustus 2021, genap 14 hari kami sekeluarga menyelesaikan isolasi mandiri di rumah.Â
Setelah berjuang untuk sembuh yang tidak mudah. Proses pemulihan patah tulang tangan kiriku pasca operasi ditambah positif covid 19 adalah paket komplit bagiku untuk menjalani dan menikmati indahnya kesabaran. Inilah salah satu hadiah kemerdekaan yang istimewa bagiku.
2. Mengikuti upacara detik-detik proklamasi secara langsung di Istana Negara melalui video videoconference dengan aplikasi zoom
Aku sangat berterimakasih kepada seorang teman penulis yang kukenal di dunia maya. Kami bersama ratusan tokoh dari berbagai agama dan latar belakang di Indonesia menulis buku "Doaku untuk Indonesia" yang akan kami persembahkan kepada Presiden Joko Widodo. Buku itu telah terbit dan kini dicetak edisi revisi dengan judul "Seribu Doa dan Puisi untuk Indonesia".Â
Buku inilah yang diharapkan masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) dan kami bisa diundang ke istana. Pandemi membuyarkan semuanya, mustahil kami beramai-ramai ke istana. Alhasil, kami diundang langsung oleh Presiden Jokowi dan Ibu Iriana untuk mengikuti Upacara Peringatan Ke-76 Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia melalui videoconference dengan aplikasi zoom.
Syukur Alhamdulillah. Terpilih dari kurang lebih 271,3 juta penduduk Indonesia merupakan sebuah anugerah istimewa bagiku. Setidaknya jadi obat mujarab dan support untuk bangkit dari covid 19. Ini adalah salah satu berkah dari menulis. Bismillah, bersiap mengenakan pakaian adat, tampil cantik meski hanya di depan laptop. Hehehe.
3. Antologi ke-17 yang sudah di tangan sambil menunggu antologi lain yang masih dalam proses
Sebagai penulis pemula aku tak berhenti belajar. Aku selalu merasa 'masih butiran debu' selama belum bisa menerbitkan buku solo. Namun, ada kepuasan tersendiri ketika bisa menerbitkan buku ber-ISBN meskipun masih keroyokan. Antologi merupakan sarana belajar untuk bisa istiqamah menulis.Â