Masihkah anda bertahan di era pandemi berkepanjangan ini? Syukurlah kalau anda tetap bersemangat untuk terus berbuat yang terbaik. Tentu saja teriring doa semoga badai segera berlalu. Kembali hidup normal, seperti sedia kala.
Pandemi masih menyisakan banyak cerita. Ada suka, ada duka. Bagaikan naik roller coaster. Kadang berjalan pelan, bahkan nyaris tidak terasa gerakannya. Namun adakalanya kita harus berjalan dengan cepat, semakin cepat dan sangat cepat.Â
Awalnya normal-normal saja, namun tiba-tiba kita dipaksa untuk melalui jalan berliku melewati tikungan tajam, bahkan harus mendaki jalan yang tinggi. Dan tiba-tiba kita harus menyusuri jalan curam menukik dan menyeramkan sebelum akhirnya mencapai tujuan.
Awalnya memang tidak mudah. Terutama bagi mereka yang terbiasa hidup dengan kenyamanan. Namun, seiring waktu berjalan, semua orang dituntut tetap survive. Bertahan dan siap berinovasi. Banting setir dan pandai mengambil peluang. Out of the box. Keluar dari zona nyaman. Memantik secercah harap untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Berbagai usaha dan aneka peluang mendulang rupiah mendadak sepi akibat virus tak kasat mata itu. Mulai dari usaha kecil hingga yang lebih besar. Bahkan tempat wisata yang tadinya ramai dikunjungi, mendadak lengang.Â
Tuntutan mematuhi protokol kesehatan cukup mempengaruhi kocek pemilik usaha. Sehingga upaya menyulap usaha menjadi sesuatu yang berbeda menjadi sesuatu yang layak dicoba, bahkan bisa menjadi sebuah keniscayaan.
Salah satu contoh adalah taman yang dijadikan lokasi untuk top selfie yang instagramable. Sepinya pengunjung dan kurangnya perawatan akibat pandemi memaksa taman tempat berswafoto disulap menjadi lahan produktif. Apa tidak sayang? Sesaat memang ragu dan sangat disayangkan. Namun kondisi memaksa untuk itu, demi asap dapur agar tetap mengepul.
Jadilah top selfie yang tadinya penuh dengan bunga celosia atau jengger ayam beraneka warna dan sangat cantik untuk berpose harus dibabat habis dang mengubahnya menjadi tanaman produktif.Â
Tanaman cabai menjadi pilihan sebagai penggantinya. Spekulasi tingkat tinggi karena saat itu harga cabai belum semahal saat ini. Harga cabai satu kilogram seharga empat kilogram ayam potong.