Menulis naskah ceramah, konsep materi, perencanaan, laporan dan masih banyak lagi. Termasuk status whatsapp, wall facebook dan instagram. Alhamdulillah, saya benar-benar mendapat suntikan energi dan siap lanjut menularkan virus menulis.
Respon awal yang menggembirakan. Ada lagi respon lain di whatsapp yang membuat saya semakin semangat. Berawal dari komentarku di status wa seorang teman pegawai yang selalu menyapaku dengan sebutan "Kakak yang menginspirasi". Cieee, jadi nggak muat nih baju saya! Dia berpose dengan senior saya ketika saya jadi kader inthilan yang masih unyu-unyu.Â
Ternyata senior saya itu juga seniornya. Jadilah kami merasa sama-sama menjadi orang 'hasil didikan' beliau. Sehati deh! Setelah saya titip salam untuk senior dan sudah disampaikan, saya berkomentar datar, "Bismillah, berbagi manfaat ya Dik". Selanjutnya, aku posting tulisan sederhana saya tentang swafoto di lokasi sebuah acara saat masih sepi disertai foto-foto pendukung.Â
Intinya, saya berpesan bahwa kita bisa menuliskan hal sederhana yang kita alami. Dan diapun merespon dengan pertanyaan, "Tulisan dipublish di mana, Mbak?". Saya jawab dengan menyebut salah satu blog dan saya katakana bahwa caranya sangat mudah. "Coba saja, Dik!"support saya.
Benar saja, diapun siap mencoba. Dan saya percaya itu. Kok? Iya, teman yang satu ini adalah salah satu pegawai di seksi yang mengurusi pekerjaan kami yang selalu mengapresiasi postingan tulisan saya di whatsapp grup. Whatsapp grup yang jangkauannya lebih luas dari grup profesiku karena selain kami, di dalamnya juga dimasukkan Kepala Seksi beserta staf dan para Kepala dari setiap kecamatan di wilayah kabupaten.Â
Memang kami satu angkatan saat diterima jadi ASN, tapi usianya jauh di bawahku. Tapi kami serasa kakak adik yang saling menyemangati. Peluang-peluang yang berkaitan antara kedinasan dan literasi selalu dikomunikasikan dengan saya. Dari bagaimana mensupport teman-teman untuk menulis, mendata teman-teman yang suka menulis sampai mengadakan kegiatan menulis.
Sejatinya saya juga masih belajar menulis. Mungkin bisa dikatakan terlambat. Kadang ada rasa sesal atas keterlambatan ini. Mengapa tidak dari dulu belajar menulis. Selama ini kegiatan menulisku tidak stabil. Bahkan hanya musiman. Terutama musim lomba dan selalu menjadi deadliner. Kesempatan mengikuti ajang menulis yang berangkat dari ajakan teman, dari yang saya katakan itu lucky karena seperti mimpi, masuk final dan jadi juara  sampai event-event yang begitu kirim naskah, tidak ada kabar. Hilang ditelan gelapnya malam. Hahaha.Â
Tapi, tak apalah. Anggap saja itu sebagai pengalaman. Tetap semangat belajar dan menimba ilmu dari para senior. Bergabung dengan komunitas menulis. Belajar dan berbagi tulisan. Menulis itu bukan menunggu waktu luang, tapi meluangkan waktu. It's never too late! Tidak ada kata terlambat. Yuk, virus ini harus disebarkan. Bismillah. Salam literasi!
Lereng Merapi, 16 Juli 2020
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H