Maraknya pasar industri digital saat ini, tidak membuat grup musik RapeMe tergugah untuk ikut-ikutan, Trend jejak band indie lainnya seolah tak di persoalkannya, tidak mencoba berbeda dan menjauhi pasar namun keadaan lah yang membuat jalur industri mereka berbeda menurut sudut padang saya selaku penggiat musik .
Melalui musik mereka mampu menyuarakan bahwa generasi muda itu harus berani bertindak dan berpikir tangkas sekalipun harus mendobrak dinding pembatas yang melemahkan kepercayaan diri dan ketergantungan terhadap sebuah sistem roda perekonomian.
berbekal goresan lirik sarkastik serta isu yang membuat mereka resah, Perihal mudahnya berkomentar tetapi lupa dalam melakukan intropeksi akan menjadi pembicaraan yang cukup menarik bagi saya,melihat kondisi yang menjangkit sekarang ini.
Salah satunya ikut menyuarakan sesuatu informasi yang belum jelas kebenarannya tanpa berfikir panjang dengan tujuan hanya untuk terlihat exis dan update.
Salah satu materi lagu berjudul Koruptor dalam album pertama mereka yang telah resmi diluncurkan pada 14 desember 2019 kemarin berhasil mencuri perhatian saya. Entah mengapa disetiap bait kata dalam materi lagu tersebut mencerminkan gambaran nyata yang terpampang pada
ruang publik saat ini.
Lagu tersebut mengandung kegeraman mereka terhadap oknum yang katanya mewakil rakyat dan tak jarang  menyelewengkan hak-hak rakyat.
Selain itu yang turut menjadi perhatian mereka adalah perihal hukum yang seolah-olah tumpul keatas namun
tajam kebawah.
Membawakan tema-tema tersebut dalam balutan rock era90-an. saya rasa akhirnya membawa mereka kepada kebebasan dalam bermusik, sekaligus merubah kecenderungan penikmat selera musik tertentu untuk menyukai genre-genre yang"apaadanya"tanpa terpengaruh tren.
mempromosikan karya lewat kanal musik streaming merupakan suatu hal yang lumrah,tetapi bagi grup band satu ini strategi pemasaran tersebut kurang dirasa cocok bagi mereka.