Mohon tunggu...
Azizah DwiPutri
Azizah DwiPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang memiliki hobi membaca dan mempunyai ketertarikan mengenai wisata

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengulik Budaya Bebenjangan melalui Film Dokumenter dalam Kegiatan Refleksi Kelompok Reak Dogdog PMM 4 UPI

27 Februari 2024   01:22 Diperbarui: 27 Februari 2024   01:33 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benjang adalah jenis kesenian tradisional Indonesia yang memadukan seni dan beladiri yang berkembang di Kecamatan Ujungberung, kota Bandung. Benjang telah dikenal oleh masyarakat Ujungberung sejak akhir abad ke-19 sebagai sebuah permainan yang dilakukan di amben/bale yang disebut "sasamben" oleh para bujang yang berarti anak lelaki/atau budak perkebunan kopi. Karena itu, seni permainan ini diberi nama "sasamben budak bujang" atau disingkat "BENJANG". Jadi, benjang adalah singkatan dari sasamben budak bujang atau "arena para jejaka". Awal abad ke-20 seni Benjang berasimilasi dengan seni terebangan (seni musik bernapaskan Islam yang memainkan terebang, sejenis rebana sebagai alat musiknya) dan seni gedut (seni beladiri hasil pengembangan dari seni rudat) sehingga berkembang menjadi seni beladiri yang dimainkan di pekarangan rumah, sawah atau tanah lapang.

Minggu kedua kegiatan Modul Nusantara kelompok Reak Dogodog adalah kegiatan refleksi, dimana pada kegiatan refleksi yang pertama ini kami berkesempatan untuk menonton sebuah film dokumenter yang berjudul "Bebenjangan". Film dokumenter "Bebenjangan" ini merupakan sebuah film dokumenter yang di sutradai oleh Belva Atsil, seorang Mahasiswa angkatan 2021 Program Studi Film dan Teknologi Fakultas Pendidikan Seni dan Desain dari Universitas Pendidikan Indonesia. Film dokumenter "Bebenjangan" juga sudah mendapatkan beberapa penghargaan, salah satunya menjadi best film dokumenter pada ajang Festival Film Indonesia tahun 2023.

Kelompok Reak/dok. pri
Kelompok Reak/dok. pri

Pada kesempatan kali ini kami diberi kesempatan untuk menonton film dokumenter "Bebenjangan" langsung bersama sutradara film itu sendiri, yaitu Kak Belva. Dalam tayangan film tersebut kami banyak dikejutkan dengan adegan-adegan yang ekstrem, seperti memakan telur mentah, memakan piring dan banyak adegan lainnya. Ternyata tidak sampai disitu kami lebih dikejutkan dengan adegan orang yang sedang kesurupan dan melakukan tindakan pelecehan kepada wanita yang berada di area pertunjukan tersebut. Bebenjangan ini biasanya diselenggarakan jika ada acara seperti acara khitanan atau perayaan lainnya. Yang lebih miris lagi, acara bebenjangan ini dipertontonkan secara umum, sehingga banyak anak-anak dibawah umur yang menyaksikan pertunjukan bebenjangan tersebut.

Kelompok Reak/dok. pri
Kelompok Reak/dok. pri

Setelah selesai menyaksikan film dokumenter "Bebenjangan" bersama Kak Belva sutradara dari film tersebut, kami melakukan diskusi bersama terkait film tersebut. Banyak pertanyaan yang timbul dibenak kami, salah satunya adalah apakah ada pihak atau oknum terkait yang melarang bebenjangan tersebut untuk dipertontonkan secara umum?... dan jawaban yang diterima adalah bahwa ada "orang dalam" yang melindungi dari kelompok pemain bebenjangan yang melakukan pelecehan tersebut. Bukan hanya itu, hal yang membuat kami cukup terkejut adalah pada cuplikan film dokumenter tersebut ada bagian dimana seorang narasumber yang berasal dari salah satu sanggar bebenjangan mengatakan bahwa sanggar mereka tidak melakukan pelecehan kepada wanita ketika melakukan pertunjukkan, tetapi kenyataan dilapangan berbanding terbalik denga napa yang beliau katakan. Sungguh miris melihatnya, terlebih lagi kasus kekerasan kepada wanita akhir-akhir ini marak terjadi.

Dari kegiatan refleksi menonton film dokumenter "Bebenjangan" ini banyak hal yang kami dapatkan. Film ini memberikan edukasi mengenai salah satu kebudayaan yang di Indonesia terutama di daerah Jawa Barat. Dengan menonton film ini juga kita dapat mengetahui hal-hal yang tidak etis, yaitu pelecehan kepada wanita melalui kebudayaan yang disalahgunakan, disalah artikan dan dapat merugikan banyak pihak. Setelah menonton film dokumenter "Bebenjangan" dan berdiskusi bersama langsung dengan sutradara film tersebut besar harapannya kita semua dapat lebih bijaksana dalam melestarikan budaya dan tetap menjaga nama baik budaya tersebut, sehingga tidak ada yang namanya perpecahan budaya.

Reporter : Azizah Dwi Putri

Editor : Salsa Solli Nafsika, M.Pd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun