karena Gamelan adalah spirit bukan objek, itulah pemaknaan tingkat tinggi dari seorang maestro Gamelan tingkat dunia yang sangat sulit di cari penggantinya ialah Sapto Raharjo. beliau adalah orang besar dibalik Yogyakarta Gamelan Festival, sebuah festival Gamelan akbar yang mengundang para seniman-seniman dari seluruh dunia. tapi sudah 2 tahun terakhir ini Yogyakarta Gamelan Festival berlangsung tanpa sosok nyata beliau. tapi menurut salah satu seniman yang saya temui, kehilangan sosok Sapto Raharjo tidak harus di tangisi, tapi menjadi cambuk bahwa kini saatnya yang muda yang bergerak. karena Gamelan tidak untuk dilestarikantapi dimainkan.
[caption id="attachment_198238" align="aligncenter" width="448" caption="gamelan kolaborasi (canting doc)"][/caption]
Penyelenggaraan Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) tahun 2010 ini sudah memasuki tahun ke 15 penyelenggaraan. YGF muncul kali pertama tahun 1995 dimunculkan oleh maestro gamelan Sapto Raharjo. Begitu berpengaruhnya seorang Sapto Raharjo untuk event YGF, ketika sudah tiada, banyak pendapat muncul mengatakan YGF menjadi redup gaungnya. tapi YGF ke 15 tahun 2010 ini membantah pendapat itu, membludaknya penonton hingga luasnya concert hall Taman Budaya Yogyakarta, tidak mampu menampung banyaknya para "Gamelan Lovers"
[caption id="attachment_198240" align="aligncenter" width="448" caption="bule main gamelan (canting doc)"]
Festival Gamelan yang menghadirkan para seniman-seniman "bule" dari penjuru dunia ini memang dikemas dengan sentuhan moderen, sehingga jangan kaget jika para penonton kebanyakan adalah anak-anak muda. jadi YGF juga menjadi bukti bahwa musik tradisional tidak hanya milik "orang-orang kolot". tapi musik tradisional adalam milik bangsa, semua anak bangsa.
dalam 3 hari penyelenggaraan YGF, semua pertunjukan hampir penuh dengan penonton. bahkan saat penampilan "kiyai kanjeng" penonton membludak hingga tengah malam. hari pertama diawli dengan penampilan "KPH10" gabungan antara USA dan Indonesia. setelah itu penampilan "Kiyai Fatahilah Meet Essamble Gending" dari belanda dan indonesia yang memainkan komposisi musik dengan gaya orkestra. dan hari pertama di tutup dengan penmpila "orcestra trio" dari singapura, sebelumnya "orcestra trio fet ramu tiruyanam" bermain di solo, group ini sekaligus menjadi penutup hari pertama dan dengan penampilan yang sangat aktraktif.
[caption id="attachment_198243" align="aligncenter" width="448" caption="ajep-ajep dengan remix gamelan (canting doc)"]
hari kedua YGF, dibuka dengan penampilan Jendela idea by intang maira, adi supriadi, wawan kurniawan, gita mahatma, dari bandung. penampilan pembukaan di hari kedua ini sangta menarik dan menghibur, sehingga penonton masih duduk nyaman menanti pertunjukan kedua, yang kembali menampilkan "kiyai fatahilah meet essamble gending", sangat mengasikan menonton para bule bermain gamelan berserta seperangkat instrumen pendukung lainnya seperti gong dan bonang. dan hari kedua ini di tuutp dengan penampilan dari Andrawina dari yogyakarta.
[caption id="attachment_198245" align="aligncenter" width="448" caption="para bule yang sedang menari (canting doc)"]
pada hari terakhir di hari ketiga, terasa lebih hangat dan menarik, tidak hanya karena para penampil di hari terakhir ini cukup berbeda dan lebih astisti, antara lain, bagaimana gending dengan celo atau para bule yang menari jawa dengan gemulai hingga kolaborasi untuk me-reix gamelan menjadi lagu disco. di hari ke-3 YGF, pertunjukan diawali oleh penampilan "sumunar and dance essamble" dari minesotta USA dimana ule-bule amerika bermain gamelan dan menari jawa dengan sangat njawani. kemudian dilanjutkan dengan penampilan Prof. Rence Lislof dari Universitas California Riverside (UCR). yang berkolaborasi me-remix gamelan menjadisemacam lagu "ajep-ajep". tentu saja ini sangat menarik, dan cukup baru tanpa menghilangkan spirit dari gamelan itu sendiri.
masih di hari terakhir YGF, "bronze age" dari singapura menjadi menjadi pengisi berikutnya, penampilan anak-anak muda singapura dengan di kolaborasikan dengan celo membuat penonton terperangah dan sangat terhibur, alunan gamelan, bonang, gong yang bersatu dengan alat-alat musik moderen memberi cita rasa tersendiri dalam bermusik. dan tentu saja penampilan dari "kiai kanjeng" yang sangat di tunggu-tungu, hingga tengah malam penonton tetap betah di tempatnya masing-masing walau harus duduk di lantai. "kiai kanjeng" benar-benar menutup YGF dengan sangat spektakuler, hingga penonton masih berteriak "lagi, lagi, lagi" saat "kiai kanjeng" mengakhiri penampilannya.