Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maaf Bang Yusran, Dia Bukan Filsuf Cantik

21 September 2010   07:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

saat pertama kali membuka kompasiana siang ini saya tertarik dengan sebuah judul menarik dari bang yusran darmawan, salah satu kompasianer yang saya kagumi tulisannya bukan hanya karena sering nangkring HL tapi juga pada setiap kedalaman isi tulisan dari bang yusran. hari ini beliau menulis tentang filusuf cantik, seksi, menggairahkan wow, hemm hemmm siapa yang siang-siang tidak tertarik membaca judul itu, buktinya artikel tersebut berokol di deretan terpopuler hari ini.

tunggu sebentar, jangan angap tulisan ini mau meng-counter tulisan bang yusran, tidak, sama sekali tidak, tapi hanya melihat salah satu wanita tersebut dari sudut yang berbeda. saya hanya mengerutkan dahi ketika judul tersebut diikuti dengan foto 3 wanita cantik, yaitu djenar, dian dan dewi. beberapa diantaranya dobel profesi, tapi untuk menyederhanakannya saya bagi menjadi penulis, penyanyi dan pemain film (walau tak sepenuhnya benar). saya tidak akan berdebat dalam makna filusuf itu sendiri. dalam bahasa harfiahnya filusuf berarti "pecinta kebijaksanaan" dan apakah wanita-wanita cantik itu para filusuf dalam arti luas biar mereka yang hobi berfilsafat memberi penilaian lebih jauh.

dari ketiganya saya tertarik dengan djenar maesa ayu. jangan berfikir aneh dulu... hehhe... sesuai judul saya tulis "dia" bukan "mereka", tentu bukan tanpa alasan artinya saya hanya tertarik untuk berbicara lebih jauh tentang djenar maesa ayu saja dalam hal ini. soal dian dan dewi saya kira lain waktu. selain itu saya tidak memiliki "bahan" yang cukup tentang mereka dalam karya-karya yang telah muncul dari kedua wanita tersebut.

kembali ke djenar maesa ayu, sebelum saya masuk ijinkan saya mengutip tulisan dari saut situmorang dalam esai-nya berjudul Memberhalakan "Kebebasan" ala Memo Indonesia tentang "kelakuan" djenar di Taman Ismail Marjuki saat selesai mengikuti pekan presiden penyair ,

................... waktu saya menemui hudan, ternyata disitu bersamanya sudah bertambah beberapa orang lain lagi seperti djenar maesa ayu dan richard oh. mereka baru saja selesai mengikuti acara "pekan presiden penyair" sutardji calzoum bachri. malam tambah larut hampir pagi. lalu ada yang usulin untuk menelepon tardji keluar dari hoteldi depan TIM tempata dian dan keluarga nginap. tardji di telepon dan tak lama kemudian keluar dan duduk bersama kami. sejak dari tadi perempuan bernama djenar maesa ayu itu bermacam-macam tingkahnya. sekarang lebih gawat lagi. sambil memegang-megang kepala tardji, yang selama sepekan diperingati sebagai penyair terbesar dalam sejarah sastra indonesia moderen, perempuan yang berpakaian sangat revaling itu mulai bermonolog memakai kata-kata "K.NT.L" berulang-ulang. karena mulai muang dengan pemakain bahasa yang sangat minimalis dan sexist itu saya katakan "jangan memakai kata-kata itu lagi". efek komentar saya itu luar biasa. sang djenar maulai memaki-maki saya dan bahkan mendekati saya, mengajak berkelahi fisik.

dari cerita saut tersebut saya tidak bisa membaca bagaimana "pecinta kebijaksanaan" yang cantik bisa berkata "kotor" dan menantang berkelahi. entahlah..... ada satu hal yang membuat saya terkejut juga dalam artikel bang yusran, dalam paragraf pertamanya tentang djenar alias paragraf sembilan menceritakan bahwa "Saat ini cerpen dengan judul yang sama sedang dalam proses pembuatan ke layar lebar", jika yang dimaksud "cerpen denga judul yang sama itu merujuk pada mereka bilang saya monyet, saya justru heran karena film tersebut sudah rilis lewat jalur indie pada 2008. satuh hal lagi masih  pada paragraf yang sama ditulis bahwa cerpen tersebut akan di-inggris-kan, tentu saya kaget lagi karena cerpen tersebut sudah di alih bahasakan oleh richar doh. maka pertanyaan nakal saya adalah kenapa bang yusran menulisakan pada sesuatu yang sudah. kalo boleh sedikit usil mungkin data yang dipake pada paragraf 9 bang yusran adalah data lama.

pertanyaan nakal saya kedua, adalah kenapa (salah) data itu tidak masuk dalam koreksi admin hingga lolos HL. maap saya bukan mau sok tau atau bagaimana, hanya pertanyaan nakal yang kecil, HL itu soal penulis atau tulisan karena "data" yang tertulis akan padahal "sudah", ah enthlah lagi pula bukan ini yang ingin saya bahas. kembali kepada djenar maesa ayu yang pecinta sastrawangi ini atau dalam istilah taufik ismail sastra selangkangan.

soal Khatulistiwa Literary Award (KLA) yang diterima djenar. setahu saya djenar tidak pernah mendapatkan KLA (tolong koreksi kalu saya salah) dia hanya pernah masuk nominasi saja. dalam hal ini saya tidak akan terlalu mendeskriditkan KLA karena KLA yang dikomandani richard oh (teman dekat djenar yang mentranslate cerpennya) ini adalah salah satu dari sedikitnya lembaga atau orang yang rela merogoh kocek besar untuk hadiah dan apresiasi bagi penulis (150 juta). walaupun dikecam habis-habisan oleh saut situmorang akibat cara penilaian yang tidak konsisten dan ngaco. untuk informasi saja juri gelombang pertama diserahi tugas menyelekasi 31-34 buku yang diberikan panitia dengan bayaran hanya 1 juta rupiah. artinya apa, semua buku yang harus dinilai sudah ditentukan dulu oleh panitia. tapi saya tetap menghormati KLA maupun saut untuk apresiasi yang diberikan dan keteguahan pendirian (maap, keluar sedikit dari djenar).

soal sastra djenar yang -katanya- luar biasa, saya ambil 3 saja, pertama tentang mereka bilang saya monyet, saat djenar ditanya kenapa seks yang menjadi tema buku ini maka jawaban yang muncul adalah "Karena topik itu yang paling saya tau," she said with such an attitude, as if her remarks was so smart, edgy, quirky. hemmm inikah kata-kata dari filusuf cantik.... menurut salah satu komentator di goodreads.com bernama laila, yang saya kutip,

I laughed.
I thought she's smarter now than her high school days when she used to hump various boys on my uncle's couch.
Anyway,

sangat pedas bukan. tergantung presepsi orang saja menilainya, saya hanya "membaca" bahwa novel-novel jorok begini umurnya tak panjang. saman adalah contoh nyata yang-katanya-dahsaya sebenarnya hanyal permaian promosi oran-orang Teater Utan Kayu. jika dilihat lagi buku mereka bilang saya monyet sebenarnya hanyalah kumpulan cerpen seks semua. bahkan masih di goodreads.com seorang yani zamria dengan tegas menulis "salah beli buku... not recomended".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun