Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompas, Koki, Kompasiana, Bergerak dalam Sunyi

23 Agustus 2010   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

KOMPASIANA? sharing, connecting. itulah "kata sandi" kompasiana kini. sebuah tagline untuk menghilangkan kesan angker kompasiana lama yang berjudul "journalist blog network" yang sangat terkesan ekslusif. walau sebenarnya "orang luar" juga diperkenankan masuk kompasiana namun dalam label bernama "public". kini wajah angker dan kaku kompasiana dulu telah berubah, walau sebanarnya -katanya- menurut sumber-sumber senior di kompasiana yang sudah lama berkecimpung, kompasiana lama lebih liberal dan terbuka dalam diskusi. hingga walaupun komen-komennya cukup keras dan kasar tapi tidak masukdalam kategori OOT yang "offside".

kompasiana lama dan kompasiana baru sangat jauh berbeda. jika dulu terdapat peng-khusus-an kepada orang-orang tertentu, kini sudah tidak lagi, admin kompasiana lebih egaliter terhadap semua penulis walaupun, tetap ada peng-kolom-an "tamu" dan "jurnalis". tapi kini kompasiana justru serasa lebih "sosialis" dimana yang dapat berpartisipasi terbatas pada "kompasianer" itu sendiri, berbeda dengan kompasiana lama yang memperkenankan "orang luar" untuk ikut komentar. untuk lebih detail sejarah kompasiana saya memang tidak terlalu memahami, karena termasuk orang baru dan bergabung pasca oktober 2009. artinya walau saya kenal sekilas kompasiana versi lama namun saya bukanlah orang yang berpartisipasi secara langsung.

saya justru adalah mantan mamber "koki" koki ini bukanlah koki tukang masak, tapi "kolom kita" sebagai bagian dari kompas.com, atau member/bloggernya lebih sering disebut kokiers. perkenalan saya dengan koki memang sangat lama dan jauh dari kata produktif. saat saya SMA secara tidak sengaja waktu masih ramai-ramainya zaman Frindster, saya diperkenalkan oleh seorang teman dengan "koki" akibat "curhatan" saya tentang sepinya pengunjung dalam blog Friendster. dari situlah saya mencari ajang menulis yang cukup mupuni. singkat cerita saya berkenalan dengan koki yang saat itu masih menjadi bagian dari kompas.com dan diasuh oleh mba Z (setidaknya begitu sang moderator disapa).

sayangnya hubungan saya dengan koki tidak berlangsung lama, "tembok" ujian nasional datang menyapa, membuat saya harus mengurang kebiasaan "buruk" saya begadang di warnet saat pulang sekolah. maklum lagi harga warnet saat itu masih cukup menguras isi kantong celana SMA apalagi anak kost. koki memang punya citarasa berbeda, setidaknya untuk saya yang saat itu masih SMA. koki yang saya kenal sekilas hanya sekitar lebih satu bulan (sebelum terpotong UAN) saya anggap terlalu tinggi. dalam pandangan saya koki pada masa itu lebih soal ajang "temu kangen" orang indonesia di luar negeri. jadi memang banyak cerita seputar itu, mungkin itu terkesan sangat subjektif karena saya hanya berkenalan sebentar.

pasca kelulusan SMA dan pindah kejogja, kota yang lebih bersahabat dengan internet. saya kembali teringat dengan KOKI. dan mulai mencari, sayangnya usaha saya gagal dan pencarian itu membuat saya terkejut. ada dua hal pertama, saya lupa "nicname" saya untuk koki sehingga saya benar-benar kehilangan jejak masa SMA walau singkat dan yang kedua hilangnya KOKI dari Kompas.com saat itu. kalau tidak salah sekitar tahun 2008an agak lupa bulannya. saat itulah wajah kompasiana lama saya kenal, dan berfikir positif bahwa KOKI berubah nama. namun ternyata saya salah, karena Kompasiana bukanlah KOKI keduanya memang memiliki kelami sama sebagai blog keroyokan, tapo ternyata Kompasiana bukanlah KOKI, sempat awal-awal ikut komentar di Kompasiana (lama) namun banyaknya pembicaraan politik membuat saya terasa tidak betah saat itu.

ketertarikan saya dalam menulis bergerak kearah blog pribadi, dan mulai bermain dengan blogspot dan wordpress. sedikit demi sedikit saya memang mulai nyaman dengan blog pribadi, artinya kebebasan berekspresi baik dalam tampilan dan menulis tanpa moderator (admin). tapi perlahan dalam tempo yang cepat saya mulai bosan dengan blog pribadi, rasanya terlalu sepi dan berdiri sendiri, ditambah bagitu banyaknya komen yang sekedar minta tuker link atau "nice post".  tidak jauh beda denga di kompasiana baru yang hobi "spam". kerinduan akan blog keroyokan mulai muncul kembali (saya manusia tidak konsisten), saat itulah saya berkenalan dengan beberpa blog sastra keroyokan seperti Kemudian.com dan situseni.com yang jauh dari berita politik (sesuatu hal yang cukup saya hindari).

hem... mungkin ada yang bertanya kenapa saya tidak kembali "nangkring" di KOKI, alasannya cukup sederhana, walaupun saya rindu mba Z, tapi seperti diawal KOKI terlalu tinggi buat anak SMA (saat itu) dan kemudian jadi Mahasiswa pun saya masih berat. lama berkutat dengan blog sastra keroyokan akhirnya secara tidak sengaja karena penasaran denga  Kompasiana yang menyingkirkan KOKI akhirnya saya mendaftar per januari 2010. diawal kompasiana juga tidak terlalu akrab, hingga sedikit-sedikit akbiat gaya komen OOT yang dikeritik tajam, namun justru dari OOT iniah jadi terasa bersahabat. memang komen yang mengarah pada diskusi seperti kompasiana lama sudah mulai pudar, tapi bagia sebagian yang menginginkan keakraban, hal yang seperti ini justru menjadi barokah tersendiri.

kembai ke KOKI

rasa penasran saya belum hilang bagaimana sejarah terlemparnya KOKI dari kompas.com dan kemudian berdiri sendiri, hingga di awal 2010 saya mendengar bahwa KOKI justru bergandengan dengan Detik.com sebuah portal berita yang cukup bernama. sedikit demi sedikit pencerahan itu mulai muncul, dan sedikit mengerti bahwa ternyata KOKI bukanlah "milik" kompas.com secara utuh. penelusuran saya akhirnya tidak sia-sia, pasca lahirnya Kompasiana yang saat itu masih "Journalist Blog Network" Terus entah bagaimana, saya dengar KOKI diminta dilebur ke dalam Kompasiana.Ternyata banyak Kokiers yang menolak. Kalau nggak salah, waktu itu format KOMPASIANA masih kaku, KOKI dianggap oleh Kokiers jauh lebih fleksibel.  Belum ada segmentasi artikel seperti sekarang.  Pun artikel yang masuk tetap harus lewat moderasi dari KOMPAS. Aturan main harus mengikuti aturan Kompasiana.  Penolakan ini cukup keras, bahkan moderator KOKI sendiri menolak peleburan ini.Puncaknya,Zeverina undur diri dari kompas.com.KOKI menghilang dari kompas.comBahkan arsip lamanya pun tidak saya temukan.Saya hanya sedikit mengikuti huru hara antara KOKI vs kompas.com.Namun tak lama berselang, saya menemukan rumah baru KOKI, pertama di blogspot, yang dikatakan sebagai tempat penampungan sementara, kemudian yang lebih permanen di http://koki-kolomkita.com. Kelihatannya, beberapa Kokiers yang setia bersama-sama membangun rumah itu dan memuat kembali arsip-arsip lama KOKI.At the end, KOMPAS akhirnya sukses membesarkan Kompasiana.(luvjoy:jan 2010).

sedih dan kecewa dengan keputusan manajemen kompas.com, dalam memutuskan secara tiba tiba nasib KOKI komuniti, meskipun telah menawarkan untuk bergabung dengan kompasiana, walaupun kokiers sadar bahwa itu adalah hak prerogratif kompas, namun kekecewaan itu tetap ada, alasan yang cukup mendasar adalah Kompasiana (lama) sangat berbeda dengan KOKI, walaupun dalam perjalanan selanjutnya Kompasiana (baru) secara mendasar tidak jauh beda dengan KOKI saat itu. seandainya format kompasiana yang ditawarkan saat itu sama dengan kompasiana saat ini tentu kokier tidak terlalu banyak yang menolak, karena saat itu kokiers mearasa "penikmat musik dangdut dipaksa harus menikmati musik klasik".

seperti sudah ditulis seblumnya, "konflik" ini memaksa Zevarina mundur dari kompas, dan dengan gagah mengasuh KOKI bersama para kokiers yang setia jatuh bangun bersama, mungkin atas alasan ini pulalah ikatan kokiers terasa sangat kuat, walaun hanya sesaat saya berhubungan. disinilah letak perbedaan mendasar, dengan kompasiana yang sangat "gemuk". "gemuk" ini bisa disitilahkan keberhasilan menejemn kompas.com mengelola Kompasiana. dan dilain fihak idealisme Zef dan para kokiers bersama KOKInya adalah sisi lain yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun