1500SM Masyarakat Cina dan Jepang pada masa ini menggunakan bedak beras untuk memutihkan wajah mereka. Dan 1000 SM Orang-orang Yunani memutihkan kulit mereka dengan kapur atau bubuk bedak, serta menambahkan lipstik yang dibuat dari tanah liat sehingga menghasilkan warna oranye atau kuning tua. 100M Pada masa ini, orang mulai mengenal kosmetik untuk menutupi kekurangan. Hingga pada 19000M Pada masa pemerintahan Raja Edward, muncul tuntutan agar wanita-wanita tampil semuda mungkin. Meski tidak terbuka, tapi penggunaan kosmetik pada masa ini mulai meningkat. Salon kecantikan juga sangat populer. Tapi karena tak mau mengakui adanya kebutuhan agar tampil awet muda,biasanya para wanita datang ke salon lewat pintu belakang.
Kini di abad milenium baru, tahun 2000an tuntutan kecantikan tak sekedar persoalan pribadi tapi juga tuntutan rpofesi bagi mereka , terutama wanita karir. Dalam kaitan itulah kosmetik menjadi penting sebagai penunjang kecantikan, untuk mendukung penampilan seseorang (terutama wanita) secara keseluruhan.Pertanyaan mendasar dari perdebatan tentang kosmetikterbagi dalam dua zona besar pertama untuk kalangan religius alias agama dan untuk persoalan kesehatan antara aman taau tidak. Dua hal yang selalu menghantui penggunaan kosmetik dari sisi sains dan agama.
Dalam kategori agama, maka perdebatan akan meruncing pada “kaidah umum semua agama” mereka yang memoles dirinya tidak mensyukuri nikmat Tuhan, argumen ini bisa di di bantah dengan pernyataan bahwa kosmetik adalah abgian dari mensyukuri nikmat Tuhan, sebagai bagaian dari perawatan apa yang telah Tuhan berikan untuk manusia. Karena apada dasarnya kosmetik untuk melindungidari sisi kesehatanpun kosmetik tidak berbahaya, asal jelas pemakaiannya sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum, tidak berlebihan, karena apapun yang dilakukan berlebihan akan berakibat fatal.
Caring Colours, sebagai sebuah kosmetik hadir sebagai solusi perawatan dan perlindungan terhadap karya Tuhan itu.Yaitu sebuah kecantikan, kosmetik dalam hal ini Caring Colours hadir tidak hanya sebagai sebuh alat mempercantik tapi juga melindungi dan merawat, kecantikan adalah hak yang diberikan Tuhan an merawat serta melindungi adalah kewajiban bagi penerimanya.
Saya jelas bukan anti kosmetik, tapi secara jiwa (baca : laki-laki) saya tidak pernah memaki kosmetik, bahkan untuk hal inipun, lebih dari itu dalam keluargapun tidak ada yang terlalu suka dengan kosmetik. Maka subjek tepat untuk melakukan dan menjabarkan pengalaman pemakaian uji kosmetik adalah ibu saya, pertama beliau wanita karir, walaupun bukan workholic, kedua usianya sudah lumayanlah, ketiga kata-kata beliau 100% saya percaya sebagai sebuah kejujuran dan yang terakhir, ini penting, beliau bukan pemakai kosmetik berat, maksudnya jarang berdandan cukup ala kadarnya, hingga membuat beliau memaki kosmetik adalah perjuangan tersendiri.
Masalah yang timbul adalah jarak tempat tinggal saya dan ibu lebih dari 200KM, tantangannya bagaimana membujuk sekaligus mewawancarai ibu dengan hasil dalam jarak sejauh itu, skype? Ibu saya bahkan tidak punya e-mail, satu-satunya jawaban adalah telpon, suka atau tidak akan menyedot pulsa. Tidak masalah, saya hanya mau membuktikan promosi kosmetik yang bernuansa pink ini.
Pertama memaksa ibu saya memakai caring colour 1 minggu lalu tepat saat omba ini di perpanjang, dan baru tadi malam saya berusaha mewawancarai beliau, hasilnya adalah secara umum kosmetik cukup berfungsi baik. Ini transkrip rinci seputar obrolan saya selama 15 menit yang diselingi canda tawa.
Saya : sudah pakai caring color bu
Ibu: yang merah muda kan, iya sudah
Saya: pakai berapakali seminggu ini
Ibu: 4 kali, coba-coba kalau pagi
Saya: kok Cuma 4 kali, ya ga ada bedanya
Ibu: ya masa pake tiap hari, lucu...
Saya : iya deh, hasilnya
Ibu: sebnarnya buat apa sih, masa ibu jadi kelinci percobaan
Saya: ada aja bu, nanti juga tau... uji mesin heheh... hasilnya gimana nih
Ibu: iya, lumayan, ibu sih ga terlalu ngerti kosmetik, paling tiap hari Cuma pakai bedak tipis biasa, ga neko-neko, tapi si pink-pink ini lumayan lah
Saya: lumayan, masa Cuma lumayan....
Ibu: lha iya lumayan, kan baru pake 4 kali, atau kamu mau pake
Saya: ng’ga lah.....
Ibu: ya udah, percaya aja lumayan, nanti kalau udah habis baru lengkap komennya
Sisanya selama lebih kurang 15 menit adalah obrolan ibu dan anak dan bagaimana beliau menasehati saya suruh cepat lulus (di luar materi inti). Saya tidak bisa memberi komentar lebih selain kata lumayan, itu kat-kata ibu yang tidak bisa saya bantah, dikurangi atau ditambah. Namun di akhir obrolan kami, ibu saya akan mencoba memakai caring colours sampai habis, argumennya sederhana eman-eman sudah di beli, kalau cocok beli lagi. Itulah pendapat ibu saya yang menjadi seorang guru di kampung. apakah ibu saya akan tertarik, tunggu kira-kira apakah beliau akan membeli lagi atau tidak kalau habis nanti.
Lumayan adalah kata maksimal yang bisa saya berikan, setidaknya itu pendapat ibu saya di kampung yang baru memakai 4 kali. Namun saya yakin tentu lebih dari itu, nama besar Martha Tilaar dalam dunia kosmetik indonesia bahkan dalam percaturan kecantikan dunia sangat diperhitungkan.Sebuah nama besar di balik caring colours adalah jaminan kualitas untuk perlindungan kulit –terutama- wanita.
Meningkatnya jumlah perempuanyang bekerja seperti bu saya, menjadikan kosmetik tak sekedar pemanis namun juga pelindung dari aktifitas berat wanita-wanita di tempat kerjanya. Caring colours hadir sebagi pelindung, perawat sekaligus untuk mempercantik wanita terutama yang aktif beraktifitas. Seperti kata Platus, filusuf dari roma, "Wanita tanpa kosmetik, bagaikan sayur tanpa garam". Jika “garamnya” pas tentu akan nikmat, jika berlebih akan terasa pahit jika kurang akan hambar, maka jika kosmetik terutama caring colour digunakan dengan pas pastinya kacantikan akan terlihat lebih sempurna, maka kecantikan wanita manakah yang kau dustakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H