dibawah naungan langit yang sama, menumpah pada bumi yang satu, dengan kepenuhan tekad yang padu, kita menatap warna-warni negeri demi merangkai kembali senyum pertiwi dengan jurnalisme damai.
( Mimpi Tentang Indonesia, Mata Khatulistiwa)
[caption id="attachment_105032" align="aligncenter" width="516" caption="sekilas cover dan lembaran Mata Khatulistiwa"][/caption]
sebuah riak kecil penuh senyuman terasa hangat di salah satu sudut jogja malam tadi, 28 april 2011. riak-riak itu adalah suasana keakraban dalam rangka menandai terbitnya Majalah Mata Khatulistiwa yang diplopori teman-teman "We love We care". tadinya saya akan buat reportase sederhana ini dalam bahasa agak sedikit baku, tapi sepertinya nanti tidak sejalan dengan majalah tersebut, seperti di ungkapkan mas Yovi yang seksi "atak-itik" majalah ini akan dibuat sederhana namun bermakna, artinya Mata Khatulistiwa akan fokus pada jurnalisme damai ala rakyat, mengangkat apa yang terjadi di kalangan masyarakat kelas bawah secara nyata, tanpa menimbulkan konflik. jadi fokus utamanya bukan ekslusifitas tapi bagaimana jurnalis dalam hal ini media tidak hanya sebagai pengendali sosial tapi berperan lebih besar dalam kontrol sosial.
salah satu ide munculnya majalah ini berawal dari sedikitnya media arus utama yang benar-benar fokus dengan idealisme "kalas bawah" serta mulai rusaknya kondisi media arus utama dalam pemberitaan yang terlalu bombastis atau dalam bahasa gaul mas kini bisa kita sebut lebay dan alay, berlebihan dan melow dramatis. berita-berita media arus utama terutama televisi lebih banyak menakuti masyarakat, mengakat konflik dan membenturkannya kemudian menjadikannya sebagai sebuah drama yang terus berulang. Â disinilah letak titik tolak Mata Katulistiwa, seperti tagline-nya "tak sekedar melihat" teman-teman di Mata Khatulistiwa ingin supaya pembaca tidak hanya melihat sebuah kondisi sosial-budaya sebagai sebuah konflik tapi juga sarana untuk mencari dan menemukan solusi.
mungkin ada yang mengerutkan kening kenapa tagline-nya "tak sekedar melihat" bukan "tak sekedar membaca", dari hal ini kita bisa "membaca" juga majalah ini tak sekedar menghasilkan tulisan "sejuk" tapi juga menghadirkan foto-foto kelas atas. majalah ini akan membagi porsi rata dan lebih pada jurnalisme foto dan gambar, foto di majalah ini tak hanya sekedar figuran tapi juga berperan sebagai pemeran utama sehingga foto dan tulisan bisa saling menerjemahkan sebagai sebuah simbiosis mutualisme dalam karya jurnalistik.
keinginan teman-teman di Mata Khatulistiwa untuk merangkai kembali senyum nusantara dengan jurnalisme damai semoga bisa terwujud. kita, para pembaca butuh sebuah karya jurnalistik yang humanis membuat tangan saling berjabat tangan, mendamaikan permusuhan. tapi satu hal yang juga harus menjadi catatan teman-teman di redaksi Mata Khatulistiwa, mampukah teman-teman bertahan dalam idealisme "damai" ini. karena waktu yang akan menjawab, dan 5 mei nanti lembaran Mata Khatulistiwa  siap di dapatkan di lapak-lapak koran.
terakhir, saya berharap Mata Khatulistiwa bisa menjadi majalah yang benar-benar bisa menjadi solusi sumber berita yang akhir-akhir ini begitu penat dengan berita-berita penuh kekerasan, kriminalisme dan hedonisme di media-media arus utama terkemuka. kita benar-benar merindukan bacaan yang menyejukan penuh humanisme dan keindahan Indonesia. gambaran buruk tentang Indonesia yang selalu digambarkan televisi semoga bisa juga ditangkal oleh Mata Khatulistiwa dengan mengangkat keindahan dan kemajuan Indonesia. karena mimpi kita tentang indonesia sama yaitu merangkai kembali senyum Ibu Pertiwi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- [caption id="attachment_105034" align="alignleft" width="300" caption="oleh-oleh sekaligus kerjasama acara recovery hutan merapi dari teman-teman "][/caption] *maaf kalau tulisannya agak berantakan, dibuat disela-sela istirahat sebelum sholat jum'at *terimakasih atas undangan teman-teman Mata Khatulistiwa dalam pelucuran majalahnya *terakhir terimakasih juga atas kerjasamanya sekaligus oleh-olehnya dalam acara Recovery hutan Merapi beberapa waktu lalu dalam kegiatan "we love We care" *salam dari canting, mimpi kita sama, membuat rangkaian kata sekaligus menjalin rangkaian persahabatan. membuat tulisan sebagai sarana perdamaian tanpa kekerasan. menjalin persahabatan bukan perpecahan. karena menulis juga sebuah karya seni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H