Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Puisi

wanita tua, pemuda dan senja

27 November 2010   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:15 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sore gerimis perlahan menyapa jogja, menghapus sisa abu kemarin lusa. ada wanita tua di ujung senja mencoba menyapa hari yang tak pernah ia suka. gemuruh merapi memang sudah mereda tapi wanita tua itu tak pernah tau kapan dia bisa kembali kerumahnya. wanita tua di ujung senja meratapi perjalanan hidup di ujung usia di kota yang bernama jogja. di sudut yang hampir sama para pemuda yang entah anak siapa tertawa ceria penuh canda tanpa peduli dengan sejarah hidup didepannya. dunia wanita tua di desa berbeda dengan pemuda di pusat kota. hari yang sama dalam sebuah proyeksi yang mendua antara duka dan suka.

merana meratap sisa hidup tanpa atap, dalam dekap penuh harap. mengurai benang kalbu yang berdebu, di ujung jiwa yang semu. jogja tak lagi sendu seperti saat tertutup debu. jogja kembali ceria seperti dulu dalam peluk merapi yang tak menentu. aku rindu jogja seperti dulu, bersanda gurau dengan nyanyian burung pipit yang merdu. banyak hati bertalu-talu di ujung senja yang tetap beku. mengharap penuh haru bahwa banyak pemuda merasakan hati wanita tua yang merana. menunggu senja tenggelam,  menanti malam temaram, berharap pagi ceria menyapa dengan tentram.

hati ini haru melihat sebgian pemuda saling bahu membahu, mendatangi tempat tinggal wanita tua, di ujung utara jogja,  sementara di tengah kota jogja yang jauh dari desa si wanita tua yang menatap senja, jauh dari tempat tinggal wanita tua saat muda. beberapa pemuda keluar dari wilayah nyaman, mengulurkan tangan menyingkirkan rintangan untuk sesuatu hal yang tak pernah dia pikirkan. bertarung asa ditengah bencana, menjadi relawan tanpa mengharap apa. menyumbang dana dan tenaga lebih dari sekedar doa dan kata. sebagian dari mereka rela bertarung nyawa, tanpa berharap pamrih walau badan ringkih.

mimpi kita semua duka ini berakhir suka, tak hanya di jogja tapi seluruh indonesia, karena kami tak butuh obama dan amerika, tak butuh pahlawan, karena rakyat kini butuh makan. berbagi cinta dari para relawan yang tak pernah mengharap pamrih untuk semua cinta dan kasih. gerimis mulai reda seperti abu yang hilang dari jogja, kini di tengah harap merapi kembali dalam diam. tegakan kepala kawan mari berbagi senyuman, jangan pasrah menghadapi cobaan.

untuk kawan-kawan yang kembali ceria pasca bencana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun