3. Gaung kemenangan Indonesia menggema cukup keras.
Seorang prof dari Belgia mengirim sms seperti berikut:
"Echo of Indonesian Victory has reached Europe!
Congratulations to the champions and their coach for
these amazing
successes! The future looks bright....
Marc Deschamps."
Ya benar kata Prof. Deschamps, kita punya harapan....
Salam
Yohanes
itu di atas adalah e-mail dari Prof. Yohanes Surya saat indonesia menjadi juara dunia olimpiade fisika dunia tahun 2006. sebuah ekspresi kebanggaan akan anak bangsa yang mengharumkan indonesia di mata dunia. e-mail yang bergerak cepat dimilis-milis pada saat itu terasa tidak ada korelasinya dengan situasi TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia) saat ini.
memang benar, kementrian pendidikan nasional indonesia membiayai semua proses pelatihan dan semua kebutuhan perlombaan, tapi harusnya pihak kemendiknas sadar bahwa peranannya tidak hanya cuma menggelontorkan uang untuk para siswa, tapi juga perhatian dan dukungan yang nyata untuk mereka yang berprestasi baik siswa maupun pelatihnya.
beberapa dari siswa yang telah berjuang bahkan dipersulit untuk memperoleh beasiswa kuliah padahal beasiswa luar negeri menglir deras tanpa filter. sedangkan di indonesia para siswa maih harus dihadapkan pada sederet birokrasi rumit. bahkan ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia yang baru saja mengantarkan Tim indonesia menduduki peringkat 2 dengan 4 emas, DISINGKIRKAN. hanya karena ketidaksukaan oleh orang-orang oknum di kemendiknas. dia adalah Hendra Kwee PhD.
TEMPO Interaktif, JakartaMenjadi jawara Olimpiade Fisika di tingkat Asia rupanya tak otomatis bisa menikmati beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Pengalaman getir pada tahun lalu itu dialami Hendra Kwee, 30 tahun. Sebagai pembina di Yayasan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), ia bermaksud membantu anak asuhannya agar bisa mendapatkan beasiswa di Institut Teknologi Bandung.
Namun Hendra hanya bisa terbengong-bengong ketika seorang pejabat Kementerian Pendidikan Nasional meminta agar si pelajar itu kuliah dulu, baru kemudian mengajukan beasiswa. “Kemampuan anak-anak jenius ini sungguh tak dihargai,” kata doktor fisika dari College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat, itu saat ditemui di kantor Yayasan TOFI, Rabu lalu.
Ia tak habis mengerti, seorang peraih medali emas kompetisi pelajar tingkat Asia, yang sudah mengharumkan nama negara, harus berjuang sendiri untuk bisa kuliah di dalam negeri. Padahal universitas luar negeri mana pun, Hendra melanjutkan, akan menjamin seluruh biaya sejak murid itu mendaftar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!