"de mau sekolah dimana ?"
"terserah mamah!"
"kok terserah mamah?"
"..............."
"ade maunya sekolah dimana?"
".............."
ya, "diam" dan "terserah" itulah wajah si anak yang akan melanjutkan jenjang pendidikannya dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama. anaknya memang pendiam dan tidak banyak bicara, sangat penurut pada orang tau, tapi saya tidak bisa menerjemahkan dua bahasa yang dia punya, apakah karena takut atau hormat. dia tidak tahu mau sekolah dimana, hanya ikut kemana sang orang tua membawanya berjalan. seorang anak yang tidak berani berkata tidak di depan orangtuanya, walau ketika saya tanya kenapa dia sekolah disini, dia hanya menjawab dengan gelengan kepala.
saya membaca bahwa dia tak yakin dengan pilihan sekolah dari orang tuanya. mata anak itu seperti ingin bicara bahwa dia ingin memberontak dan tidak mau menurut. tapi wajahnya tertunduk, dan mulutnya terkunci. suka atau tidak, siswi dengan rata-rata nilai UAN 9 koma ini dan mendapat nilai 10 pada pelajaran matematika akan hidup dalam titah orangtuanya.
disisi lain di tengah kebingungan sang anak. orang tua pun dilanda masalah yang berbeda dan tak kalah pelik. jika anak itu berasal dari keluarga sangat mampu dan orang tua tidak terlalu dipusingkan dengan biaya tapi anak justru bingung. maka beberapa orang tua dilanda stres setengah mati memikirkan biaya sekolah. ada anak yang secara mental mampu untuk menentukan pilihan sekolah karena nilainya yang lebih dari cukup. tapi orang tua seakan tidak sanggup karena biaya di sekolah favorit terkenal dengan harga yang mahal.
banyak orang tua pontang-panting mencari sekolah, stres mau disekolahkan dimana anaknya, stres bagaimana biayanya. dan anak bingung kenapa tensi orang tuanya naik, bingung dimana dia akan sekolah.
mungkin perlu ada dialog antara anak dan orang tua dengan hati terbuka, tentang keinginan sang anak dan kemampuan orang tua. sehingga anak juga merasa nyaman dan orang tua tidak terlalu terbebani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H