di suatu sore hari sabtu kemarin, di tengah kemacetan jalan sekitar fly over janti jogjakarta, seorang perempuan gila berjalan dengan tubuh tegap, dan tampak kepanasan. barangkali, terik panas siang hari telah membakar seluruh jiwanya. tubuhnya kotor legam dan rambutnya teruntai panjang tak teratur menutupi punggung dan sebagian wajahnya yang jika diamati menyimpan paras cantik, namun pucat dan datar, matanya tajam menatap kedepan murni bercahaya namun sempit dan kosong. bibirnya menyimpan suatu kegetiran dan grahamnya terus berdetak menyimpan kepedihan. bak sebuah kutukan alam yang meracuni jiwanya yang penuh beban kepedihan.
sorot mata manusia sekitar menatap dengan sinis dan jijik, tapi matanya yang tajam menatap kembali dengan penuh tanya, "apakah ini bagian dari sandiwara Tuhan?". getar gerahamnya tenggelam dalam bising mesin-mesin kendaraan. kita hanya sadar menjadi manusia saat kita enggan memahami suatu apa. kebahagiaan dan penderitaan akan menyatu ketika kau merasa tak menjadi siapa dan tak memahami segala apa.
ingin rasanya menghampiri dan mengalungkan selimut di badannya, tapi lampu merah di perempatan jalan telah berubah menjadi hijau, dan dering telepon dari seorang kawan yang sudah menunggu kopdar di "mbang rowo" meminta untuk mempercepat laju kendaraan. kutinggalkan tatapan mata yang nanar dan getar gerahamnya tanpa balasan kata yang menjepit kegundahanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H