Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

1 Muslim: "Dirikan Gereja Itu"

15 September 2010   01:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:14 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

beberapa hari telah berlalu pasca penusukan dan kekerasan pada jamaah HKBP di ciketing bekasi. jam masih berputar, korban mulai membaik, preisden sudah berbicara, dan tokoh lintas agama sudah bertemu berdiskusi dan bereaksi. semua mengecam dengan keras dan menyesalkan kejadian itu serta berharap tidak terulangi lagi di masa yang akan datang, karena damai itu menyenangkan. masalah ini belum selesai, pelaku belum tertangkap dan menjadi tanggung jawab polisi untuk menangkap pelakunya.

tentu saja akar masalah ini bermula dari proses pendirian gereja HKBP yang tak kunjung berhasil. adanya sikap menentang pendirian dari sebagian umat muslim di wilayah itu menjadikana susana semakin "panas". banyak alasan dikemukakan dari yang bersikap prinsip hingga sosial seperti banyaknya jemaah menyebabkan jalan yang dijadikan tempat parkir menjadi macet. benerkah masalah sesederhana ini membut efek yang begitu besar?... saya ragu untuk hal ini.

1 muslim : "dirikan gereja itu". satu muslim adalah kata saya sebagai orang muslim, lalu bagaimana orang lain tahu bahwa saya seorang muslim, mudah saja, karena di KTP saya tertulis "Islam" pada kolom agama. itu adalah bukti sahih tertulis yang diakui negara. karena saya tidak bisa bicara "sombong" dengan mengatakan saya seorang islam diluar mata negara. karena mungkin saja di mata Tuhan, Islam saya asal-asalan, karena mungkin pula belum semua rukun islam yang ada saya jalankan secara sempurna. saya juga tidak bisa menyakinkan "perasaan" orang lain mengaggap saya islam karena melihat saya sholat dan mengaji, bisa saja saya mungkin hanya coba-coba dan ada orang yang melihat kemudian menggap saya islam. jadi saya bisa menggap saya islam dan dipertanggung jawabkan secara tertulis dan legal negara ada dalam KTP. soal keislaman saya di mata Tuhan saya tidak bisa banyak bicara, karena itu penilaian Allah SWT.

kemudian kenapa saya mendukung pendirian gereja. kalau itu mudah saja. karena tinggal dibalik, kenapa harus menolak!. saya jadi ingat saat mas muhayat datang ke tempat saya dan menginap, serta seharian selama puasa bisa "betah" dan nyaman di ruangan walau berantakan. dia bilang "enak ya, puasa kaya gini... dirumah saja,,,ngenet dan ga ada tantangannya". dalam penafsiran saya secara luas, kalimat dari mas muhayat bisa diterjemahkan bahwa mudah kalau menjalankan ibadah dan amal tanpa ada tantangannya.

begitu juga, bahwa pendirian gereja di bekasi harus disikapi sebagai "tantangan" untuk meningkatkan keimanan bukan menjadikan halangan dan bisa melemahkan tauhid, tapi sebagi sebuah ujian dan tantangan untuk menguatkan iman. harusnya gereja itu didirikan disamping masjid dan buktikan rumah ibadah siapa yang paling ramai oleh jamaah. membuktikan bahwa islam ciketing bekasi imannya tidak turun dan berkurang justru malah bertambah semakin memperkuat iman serta keyakinan kepada Allah.

jika jamaat HKBP "berani" untuk datang ke "lobang macan" untuk beribadah di lahan kosong calon gereja harusnya ummat islam ditempat itu terusik imannya untuk berfikir, "ini sebuah tantangan" bahwa umat islam disitu tidak kalah dalam urusan ibadah dan memakmurkan masjid, harusnya umat islam disitu bisa lebih rajin ke tempat ibadah. artinya muslim bekasi "iri dalam arti positf" untuk tidak mau kalah soal ibadah. bukan arti negatif dengan melarang pendirian gereja itu. harusnya mendukung.

tantangan dan ujian adalah sebuah nilai tersendiri, maka nilai puasa muslil di bali tentu lebih dari muslim di jogja. karena tantangan muslim dibali dalam menjalankan puasa lebih berat. tidak berat sholat di lingkungan seperti pesantren yang tiap hari semua orang sholat tepat waktu saat adzan, tentunya lebih berat sholat di tempat kerja yang musholanya kecil dan sedikit yang sholat.

harusnya persoalan pendirian gereja disikapi secara positif dan menjadi umat muslim tertantang untuk beribadah di masjid. harusnya umat muslim dengan tegap dan bangga katakan "dirikan gereja itu dan iman kami tidak akan berkurang sedikitpun". maka jika umat muslim menolak gereja itu seperti sebuah bentuk ketakutan bahwa dengan adanya gereja bisa menurunkan keimanan dan ketakutan bisa berpengaruh dalam ibadah, maka itu adalah salah.

dukung gereja itu berdiri, bahwa umat islam di indonesia khususnya di bekasi bisa lebih hebat dalam urusan ibadah dan memakmurkan rumah Tuhan. mari berlomba secara sehat mana yang lebih "ramai" oleh jamaah saat jam ibadah berlangsung. tidak usah takut akan didirikannya gereja, tapi harusnya yang ditakutkan sepinya masjid, jangan sampai gara-gara "ngrusin" gereja, masjid jadi terlupa. biarkan umat lain mendirikan tempat ibadahnya dimanapun seperti juga kita mendapat hal yang sama dengan bebas mendirikan tempat ibadah kita dimanapun. bukankah Al Quran ditutup dengan sangat indah, untukmu agamamu untukku agamaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun