Ketika kata tak lagi bernyawa, ketika suara tak lagi di dengar .... Saat dimana petani-petani terpapah melihat sawah-sawah berubah menjadi rumah-rumah, ketika konglomerat merobohkan rumah-rumah rakyat kecil lalu menjadikannya tempat hiburan yang mewah ......
Inilah waktunya kata-kata mulai beristirahat, tidur pulas mendengkur penuh kecewa, rindu tak lagi menggebu, biarlah kini ia menjadi bisu .....
Pagi itu, ketika ku dengar berita di televisi sesak dengan kasus pembunuhan, penuh dengan kasus perampokan, pemerkosaan, penipuan dan pengeroyokan para genk berandalan ......
Sementara di berita lain, penggambaran politik yang begitu menakutkan, pemerintahan yang menyeramkan, oposisi yang ketakutan akan kelaparan, entah semua itu hanya settingan atau karena tunggangan lalu mendapat bayaran, yang pasti berita penuh dengan polemik saling bersahutan ........
Sampai pada akhir nya siang itu kulewati jalanan kota yang mewah, sesak dengan ratusan tukang becak menunggu penumpang sambil menahan lapar, anak-anak kecil meminta-meminta di jalan sebagai ganti lahan bermain, pengemis, gelandangan dan pengamen yang bernyanyi mengharap recehan di jalan sebagai pengganti panggung pementasan .....
Saat itu, adalah saat yang tepat untuk berdiam dan membisu saat para intelektual di gedung sana kehabisan akal karena sudah terlalu banyak main akal-akalan sehingga akalnya habis tak tersisa tanpa bekas .....
Inilah waktunya "kata" beristirahat .......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H