Mohon tunggu...
Azis Ramdhan
Azis Ramdhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Bebas

Mau, Mampu dan Maju

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terjebak dalam Kebingungan

29 Oktober 2024   18:59 Diperbarui: 29 Oktober 2024   19:00 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita terjebak pada pusaran kebingungan .....

Dewasa ini, keterbukaan informasi sudah tidak lagi menjadi hal yang tabuh, bahkan menjadi pundi-pundi kekayaan bagi sebagian pihak, hal-hal yang tidak semestinya menjadi konsumsi publik, kini di pamerkan ibarat barang dagangan ketika sedang musim cuci gudang .....

Bagi kehidupan demokrasi mungkin itu adalah suatu kemajuan, tapi sayang sungguh di sayang kita belum mampu untuk menjadi masyarakat yang siap menerima keterbukaan informasi ......

Baca juga: Sajak Kepalsuan

Belum lagi bagaimana acara-acara televisi yang menyajikan perdebatan-perdebatan yang tidak semestinya rakyat awam di ikut sertakan, namun kini semua di bebaskan, semua berhak untuk ikut serta mengawal kehidupan berdemokrasi, namun lagi lagi sayang sungguh di sayang Sumber daya manusia kita saat ini belum mampu bersikap bijaksana dalam menerima keterbukaan informasi .....

Penunggang-penunggang gelap ikut serta mericuhkan kehidupan demokrasi bangsa ini, para pencari keuntungan menjual nya tanpa memandang apa, bagaimana dan siapa yang menerima, yang penting untung besar, sekalipun menciptakan polemik berkepanjangan tak jadi soal yang penting pundi-pundi rupiah terus mengalir tanpa henti .....

Bahkan para manusia-manusia yang katanya intelektual ikut serta menjadi aktor di balik perdebatan yang semakin menjadi-jadi dan tak tentu arah malah semakin lebar dan memperuncing perbedaan yang ada ....

Baca juga: Seandainya ...

Tukang lawak jadi pejabat, pejabat jadi tukang lawak, penyanyi jadi penentu kebijakan, sementara para penentu kebijakan bernyanyi-nyanyi riang di tempat karaoke yang harganya cukup lumayan, dagelan lucu dari pelakon seni kalah lucu ketimbang perilaku-perilaku amoral yang tampak di televisi ......

Berbicara lebar tentang kemanusiaan bahkan sampai menjadi perdebatan, namun apa daya hasil dari tampil debat di televisi habis hanya untuk memuaskan nafsu birahi, sementara pengamen, pengemis yang di lewati saat pulang di lampu merah tadi tidak di hiraukan sama sekali ......

Si budi kecil kini mulai tumbuh besar, kini dia tidak lagi berjualan koran, namun tetap berkeliaran di sekitar tugu pancoran, si budi kecil kini menjadi pedagang asongan, siapa peduli kini dengan si anak dari budi yang sungguh menyakitkan, apa mungkin masa depannya sama dengan si budi kecil dulu yang berjualan koran di sekitar tugu pancoran ?????

Baca juga: Aku Adalah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun