Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hijrah sebagai Paradigma Perubahan: Apa yang Meski Kita Lakukan?

20 Juli 2023   16:40 Diperbarui: 20 Juli 2023   17:29 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alhasil, dengan izin, pertolongan dan perlindungan Allah, perjalanan hijrah yang dilakukan oleh Nabi berjalan dengan lancar, aman dan damai. Semenjak Nabi dan Abu Bakr berhasil melewati kepungan para algojo, selanjutnya Nabi dan Abu Bakr melakukan perjalanan hijrah dari kota Makkah menuju Gua Tsur yang terletak kurang lebih 7 km dari kota Makkah arah menuju Thaif. Di gua, Nabi dan Abu Bakr bermalam di situ kurang lebih tiga hari. Sebelum melanjutkan perjalanan panjangnya menuju kota Madinah yang jaraknya kurang lebih 450an km dari arah kota Makkah. Tentunya sebuah jarak yang terbilang cukup jauh dan memakan waktu yang agak lama. Selama kurang lebih tiga hari berada di gua, pasukan kafir Quraisy selalu saja melakukan pengintaian dan pemeriksaan yang begitu ketat hampir pada setiap tempat. Termasuk mereka mondar-mandir bahkan sempat periksa gua. Namun, mereka tertipu oleh makar yang Allah siapkan untuk mengamankan Nabi dan Abu Bakr. Sehingga, pada akhirnya mereka tidak masuk ke gua untuk memeriksa keberadaan Nabi dan Abu Bakr. Karena di sana ada sarang laba-laba dan dua cabang batang pohon yang terkulai menutup pintu gua.

Allah benar-benar menjaga Nabi dan Abu Bakr sebagaimana yang Allah informasikan dalam QS al-Anfal/30 dan QS at-Taubah/40.

Grand Mission Hijrah

Tentunya peristiwa hijrah yang begitu heroik bukan saja terjadi begitu saja dalam perjalanan sejarah perjuangan dakwah al-Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya dari kalangan Muhajirin. Bukan karena Nabi beserta sahabatnya merasa takut dengan intrik, intimidasi dan teror serta perlawanan demi perlawanan yang dilakukan secara kontinu oleh kalangan kafir Quraisy terhadap Nabi dan sahabat beserta gerakan dakwahnya. Bukan juga karena Nabi beserta sahabatnya melakukan sebuah perjalanan imigrasi untuk mencari pekerjaan yang layak. Juga bukan karena Nabi beserta sahabatnya hendak mencari suaka politik.

Akan tetapi, di sana ada grand mission (gagasan atau visi besar) yang menjiwai gerak(an) hijrah. Nabi beserta sahabatnya melakukan hijrah karena hendak mewujudkan grand mission yang bersifat jangka panjang, strategis dan mengakar kuat dalam kehidupan umat Islam ke depannya. Dengan hijrah Nabi akan membangun kekuatan pada tempat yang strategis untuk kemudian melanjutkan kembali misi profetik kenabian. Di mana sudah menjadi suratan takdir bahwa Nabi diutus untuk mendakwahkan Din al-Islam selama kurung lebih dua puluh tiga tahun. Tiga belas tahun di Makkah dan sepuluh tahun di Madinah. Dalam perspektif teologis, kurung waktu demikian merupakan sesuatu yang telah ditetapkan Allah jauh sebelum proses kejadian segala sesuatu. Sehingga, mau tidak mau Nabi harus mengakhiri dakwah di kota Makkah dan melanjutkannya di kota Madinah melalui proses hijrah. Dengan kata lain, grand mission hijrah adalah melanjutkan misi profetik kenabian di kota Madinah.

Logika demikian juga tidak lepas dari beberapa fakta sejarah. Di antaranya adalah bahwa memang pada waktu itu terjadi gerakan konfrontatif bahkan ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh kafir Quraisy terhadap Nabi. Selain juga banyak delegasi dari Madinah yang menyatakan ikrar kesetiaannya kepada Nabi dalam Baiat Aqabah I dan Baiat Aqabah II. Juga memang karena jauh sebelum Nabi didaulat menjadi seorang Nabi sudah ada semacam pengenalan dan hubungan khusus Nabi dengan kota Madinah melalui orang-orangnya. Hubungan dimaksud berupa ikatan persaudaraan karena istri kakek Nabi, Abdul Mutholib, adalah orang Yatsrib, selain di sana juga merupakan tempat pemakaman ayahnya. Belum lagi pada umumnya penduduk kota Yatsrib dikenal dengan kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik. Plus kota Madinah merupakan kota yang terbilang cukup strategis untuk melanjutkan misi profetik kenabian.

Hikmah dan Pesan Moral Hijrah

Secara umum, setiap rentetan peristiwa kosmis yang terjadi dalam hidup selalu saja di dalamnya mengandung hikmah filosofis. Tidak mungkin sebuah peristiwa kosmis terjadi begitu saja tanpa ada hikmahnya. Apalagi peristiwa kosmis yang bernama hijrah yang dilakukan Nabi dan sahabatnya, sudah bareng pasti di dalamnya terhadap hikmah. Apalagi juga kita tahu bersama bahwa peristiwa hijrah yang terjadi terkait dengan perintah Allah sekaligus ikhtiar untuk mendakwahkan ajaran agama Allah yang dibawa dan diemban oleh Nabi dan para sahabatnya. Sehingga, peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi dan sahabatnya mengandung hikmah filosofis yang begitu berharga dan berarti bagi kita.

Di antara hikmah dan pesan moral yang dapat dipetik dari perjalanan hijrah adalah sebagai berikut:

Pertama; hijrah mengajarkan kita tentang pentingnya menyandarkan segala sesuatunya kepada Allah. Allah bukan saja semata sebagai pencipta (al-khaliq), menghidupkan dan mematikan (al-muhyi al-mumit), memberi rezeki (ar-raziq), akan tetapi juga mengatur segala sesuatu (al-mudabbir li jami' al-umur) dengan kuasa, kehendak, hikmah dan pertolongan-Nya. Hikmah pertama ini nampak terlihat dalam peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi dan sahabatnya, mulai dari pra hingga proses dalam perjalanan maupun pasca hijrah. Banyak indikasi yang membuktikan pertolongan Allah beroperasi dalam perjalanan hijrah. Hal ini bisa dilihat dari kecerdasan Nabi menyusun strategi, mampu keluar dari kepungan massa, terdapat sarang laba-laba dan dua cabang batang pohon yang terkulai menutupi pintu gua Tsur hingga keselamatannya sampai di Madinah. Perihal ini bisa dilihat lebih lanjut dalam "dialog emosional" antara Nabi dan Abu Bakr ash-Shiddiq dalam Gua Tsur, juga apa yang diabadikan dalam QS al-Anfal/30 dan QS at-Taubah/40.

Kedua; hijrah mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan dalam mendakwahkan Islam tidak akan luput dan lepas dari yang namanya tantangan dan dinamika kehidupan. Tantangan dalam perjuangan cukup variatif dan datang silih berganti tanpa henti. Tantangan juga datang dari pelbagai penjuru dan arah. Termasuk tantangan yang datang dari kalangan karib kerabat terdekat kita sekalipun. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tantangan dalam hidup, khususnya ketika hendak melakukan sebuah perjuangan, merupakan sesuatu yang bersifat natural of law (sunnatullah). Karena itu, tidak ada satu pun gerak perjuangan yang dilakukan, dalam konteks apa pun juga, yang dapat luput dari tantangan. Tidak ada ceritanya perjuangan tanpa ada tantangan. Ya, karena seorang semacam dan selevel Nabi dan para sahabatnya saja pun selalu berurusan dengan tantangan dalam sejarah panjang perjuangan dakwahnya. Bahkan tantangan demi tantangan yang dialami dan dihadapi oleh Nabi dan sahabatnya terbilang jauh lebih dahsyat bila dibandingkan dengan tantangan yang terjadi dalam hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun