Tradisi mengantarkan rantang ke tetangga-tetangga yang biasa dilakukan sebelum H-1 lebaran, memang sudah menjadi corak khas khususnya di masyarakat betawi. Hal yang mungkin sulit untuk ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta dengan masyarakat yang sudah kental akan individuliasme. Ya, itulah masyarakat Betawi, masyarakat yang memang lahir dari kaum pinggiran ditengah-tengah glamornya kaum kolonialis khususnya di Batavia.Â
Tak ayal, apabila kita tidak dapat melihat karakteristik masyarakat betawi pada orang-orang yang tinggal di boelevard atau perumahan-perumahan mewah. Justru kita dapat melihat karakteristik masyarakat betawi itu sendiri di kampung-kampung sekitar pinggir kota Jakarta, seperti apa yang diceritakan di film "si doel" yang memang benar-benar mewakili bagaimana kehidupan masyarakat betawi yang hidup atas kesederhanaan dan asas kekeluargaan. Hal ini memang sangat erat kaitannya dengan dasar corak masyarakat Indonesia yang suka saling berbaur.
Pada tradisi antar rantang ini sendiri, biasanya berisikan makanan-makanan khas lebaran seperti semur daging, sayur kembili, sop ayam, gabus pucung, dsb. Tradisi ini mengajarkan pula nilai filoshofis bagaimana pentingnya untuk berbagi, tidak hanya ke saudara satu darah,akan tetapi tetangga  di dekat rumah juga. Jadi, masyarakat yg kategorinya mampu dan tak mampu, di betawi semua sama, sama-sama bisa merasakan memakan makanan yang sama ketika lebaran.Â
Mengajarkan tidak pelit, itulah yang tercermin dari tradisi yang sudah mengakar dari dahulu sampai sekarang ini di masyarakat betawi. Mendahulukan orang yang lebih tua atau sepuh itulah yang diutamakan dalam adab mengantar rantang tersebut. Biasanya pula dalam tradisi ini yang paling sering mengantarkan bukanlah ibu-ibu atau bapak-bapak, akan tetapi anak-anaklah yang biasa disuruh untuk mengantarkan rantang tersebut.Â
Mungkin menanamkan rasa berbagi dari dini, itulah yang diharapkan orang tua di betawi kepada anak-anaknya. Kelak, apabila ia tumbuh dewasa ia pun masih mau meneruskan tradisi seperti ini, tradisi yang masih menjunjung nilai-nilai esensi adab dalam bermasyarakat.
Semoga bermanfaatÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H