Mohon tunggu...
Azis Fajriyandi
Azis Fajriyandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unjani Teknik Elektro

Nulis dikit-dikit, dikit-dikit nulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Frans Kaisiepo Pahlwan di balik Uang 10.000 Rupiah

27 Juni 2024   16:31 Diperbarui: 27 Juni 2024   16:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Frans Kaisiepo merupakan Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir di Biak pada 10 Oktober 1921. Ia juga merupakan Pahlawan Nasional Indonesia dan Elite Terdidik Papua Angkatan Pertama.

Kisah Hidup


Kisah hidup Frans benar-benar berubah ketika ia mengenal dan bertemu Soegoro Atmoprasodjo, pengajar sekaligus direktur asrama. Soegoro merupakan mantan aktivis Taman Siswa bentukan dari Ki Hajar Dewantara. Beliau lah yang memperkenalkan lagu Indonesia Raya kepada Frans, dan meyakinkan bahwa mereka (Papua) juga Indonesia. Keduanya cukup akrab dan dekat, bahkan Frans pernah menyusup ke penjara Hollandia untuk bertemu Soegoro untuk meminta petunjuk, hingga akhirnya menemukan titik temu untuk kemerdakaan Indonesia. Saat dulu Papua masih diduduki oleh Belanda, Frans Kaisiepo adalah orang pertama yang mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua.

Frans ditunjuk untuk menjadi perwakilan Papua Ketika diadakannya Konferensi Malino (1946) di kota Malino, Sulawesi Selatan. Konferensi Malino membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi. Dalam Konferensi tersebut, sebagai delegasi papua yang saat itu masih tergabung dan diduduki Belanda, Frans justru tidak selalu mewakili kepentingan Belanda. Ia mengusulkan nama Irian untuk menggantikan nama Papua, dan ingin Irian bergabung dngan Negara Indonesia Timur.

Sontak, karena usulan dan pidatonya mengenai Irian itu, pihak Belanda terkejut akan sikap Frans, sehingga ia diasingkan oleh pihak Belanda dengan cara memberi tugas ke tempat-tempat terpencil di daerah Papua. Pemberontakannya atas pemerintah Belanda tidak hanya disitu, ia pernah dipenjarakan selama 7 tahun (1954-1961) akibat pemberontakkan dan penolakan Ketika ia ditunjuk menjadi pemimpin delegasi Nugini Belanda dalam Komferensi Meja Bundar, ia merasa bahwa dia akan didikte oleh Belanda.

Perjuangannya tidak berhenti sampai disitu, selepas ia bebas dari penjara pada tahun 1961, ia langsung mendirikan Partai Irian yang bertujuan untuk menuntut penyatuan Papua dan Republik Indonesia.

Frans pernah menjabat sebagai Gubernur Provinsi Papua yang ke-4. Selama kepemimpinannya, ia pernah mengemban sebuah tugas khusus, yaitu memenangkan Indonesia dalam Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang ditetapkan pada perjanjian New York 1969. Ia rajin melakukan pidato ke daerah-daerah Merauke, Jayawijaya, Paniai, Fak-Fak, Sorong, Manokwari, Teluk Cendrawasih, dan Jayapura. Pidato yang sering ia suarakan salah satu isinya ialah "Sebagai orang tua dan Bapak Irian Barat ingin menanyakan kepada saudara-saudara sekalian. Apakah saudara-saudara ingin tetap merdeka dalam Keluarga Besar Republik Indonesia atau tidak? Saya yakin bahwa saudara-saudara telah mengenal dan mencintai merah putih"

Dalam praktiknya, terendus banyak kecurangan dalam pepera. Campur tangan TNI dalam "Operasi Wibawa" yang digelar Kodam Cendrawasih turut menodai pelaksanaan Pepera dengan rupa-rupa tindakan pemaksaan, bahkan sampai sekarang beberapa masyarakat Papua merasa jika pepera adalah awal dari hilangnya kedemokratisan di Papua.

Menjadi Pahlawan Nasional


Atas pengabdian dan atas usahanya seumur hidup mempersatukan Irian Barat dengan Indonesia Frans Kaisiepo secara anumerta dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993 pada peringatan 30 tahun penyerahan Papua ke Indonesia. Frans Kaisiepo juga diabadikan sebagai nama bandara lokal yang dikenal sebagai Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo. Bandar Udara Frans Kaisiepo menjadi pusat penerbangan masa penjajahan Belanda di Indonesia dan masa pembebasan Irian Barat. Selain itu, Frans Kaisiepo salah satu tokoh yang terpilih digambar dalam mata uang rupiah Indonesia edisi 2016, yakni uang kertas senilai Rp10.000 serta pada KRI Frans Kaisiepo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun