Mohon tunggu...
Azis Abdul Azis Anshari
Azis Abdul Azis Anshari Mohon Tunggu... wiraswasta -

latar belakang pendidikan sarjana bidang ilmu pemerintahan, pernah menjabat di organisasi kemahasiswaan, DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai bendahara Umum, PP.Pemuda Muhamadiyah 2010, lembaga PARRA (pusat Advokasi & Riset Rakyat) Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Syafi'i Ma'arif, antara Moralitas, Dukungan dan Bemper Jokowi

18 Februari 2015   21:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:56 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Harapan yang begitu besar terhadap pemerintahan jokowi, menjadi pilihan rakyat Indonesia memilih pasangan Jokowi – Jusuf kalla pada pilpres tahun 2014, suka atau tidak suka kita harus menerimanya dengan penuh keikhlasan, rakyat indonesia akan mengira kepemimpinan Jokowi jauh akan lebih baik dengan kepemimpinan sebelumnya, termasuk salahsatu tokoh nasional yang banyak orang kagumi dengan kesederhanaan serta pandangan yang penuh makna, sehingga menjadi rujukan bagi siapa saja yang dikenal dengan tokoh yang berkomitmen tentang kebangsaan yang tinggi, serta sikapnya yang plural, kritis, dan moral yang kokoh adalah Ahmad Syafii Maarif atau dikenal dengan sebutan Buya.

Dalam masa kampanye Buya pun turut mendukung secara terang terangan, dengan tangan terbuka beserta pelukan hangat, jokowi disambut di kediamannya, itu merupakan dukungan moril kepada calon Presiden Jokowi, berbeda dengan pilpres sebelum sebelumnya, kemudian Buya juga datang memberi dukungan pada saat debat terakhir kampanye pilpres, dengan begitu percaya diri, melihat dari isi segudang janji kampanye serta slogan perubahan untuk Indonesia Baru pasangan Jokowi – Jusuf Kalla,  dengan dukungan ini secara otomatis magnet dukungan masyarakat minimal yang berpandangan dan sejalan dengan Buya ini akan sendirinya memilih pasangan Jokowi – JK,  salahsatu  harapan dan Doa adanya kepemimpinan yang baru kepada yang Maha Kuasa dari Buya di kabulkan dan Jokowi menjadi presiden.

hari demi hari Buya sudah mulai menurun tensi kepercayaan kepada Jokowi dari  mulai dari penunjukkan orang-orang di kabinet, kemudian pemilihan Jaksa Agung terakhir pemilihan kapolri, ini bisa kita buktikan dengan pernyataan Buya dibeberapa media ketika menanggapi pembentukan tim independen dalam kasus KPK VS POLRI dimana Buya berkata “ Baru kali ini presiden menunjuk orang yang benar” pernyataan ini tidak jauh berselang dengan waktu pelantikan Dewan Pertimbangan Presiden yang diisi oleh mayoritas titipan Partai, berbeda dengan Buya, beliau menolak untuk dijadikan anggota Wantimpres, Buya cukup diluar saja masih banyak kader kader bangsa yang mampu dan mumpuni untuk duduk sebagai Wantimpres. itulah kelebihan serta pendirian bapak Ahmad Syaffi Maarif yang tidak dimiliki oleh tokoh lainnya, bahkan bisa dibilang jarang sifat seperti Buya,

Di usia yang ke 80th ini beliau tetap memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara, disamping usia yang 2 kali usia kenabian, Buya sadar diri harus berjuang seorang diri melawan kebobrokan revolusi mental itu, Buya harus berfikir sangat keras sebagai ketua Tim 9 untuk menyelesaikan kasus KPK VS POLRI, tapi saya menilai sangat wajarlah Buya jadi salahsatu orang yang paling bertanggungjawab pemerintahan Jokowi secara moril atas dukungan morilnya  kepada pasangan Jokowi - JK, saya yakin Buya secara pribadi merasakan hal itu, banyak kurawa kurawa disekelliling jokowi yang memanfaatkan posisinya sebagai presiden, sebenarnya kita sudah jauh jauh hari meneriakan, mengkritik,  karna kita bukan tokoh nasional seperti Buya, kita tahu diri, kita hanya bisa meneriakan di Medsos, seperti FB, Twitter, dan yang lainnya, namun kadang di facebook aja kita sering dibully juga sesama teman, kita dibilang pendukung KMP, pendukung sebelah dan paling parah di bilang Jokowi Haters, kritik yang objektif saja seperti itu apalagi subjektif. ini seperti kejadian ketika pada saat awal kasus KPK VS POLRI yang sedang sorotan publik, karena calon Kapolri Komjen Budi Gunawan dijadikan tersangka oleh KPK, sehingga muncul gerakan civil society dengan memberikan dukungan moril untuk institusi KPK dimana para pendukung lembaga KPK ini merupakan berlatar belakang yang berbeda baik tokoh lintas lintas agama, mahasiswa, LSM, Ormas, penggiat korupsi, OKP, seniman dll, bahkan pendukung dua kubu yang dulu baik pendukung pasangan Jokowi – JK ataupun pendukung pasangan Prabowo – Hatta bersama sama mendukung gerakan moril ini disebut rakyat tidak jelas oleh Tedjo Menkopolhukam.

Buya sebelumnya mendapat informasi dari presiden Jokowi langsung bahwa Konjen BG batal dilantik, kemudian dipublish oleh media, berharap kasusu tersebut selesai akan tetapi sampai saat ini belum bisa terpecahkan, saya berpendapat Buya sudah di bohongin lagi, diperparah dengan pernyataan politisi PDIP Junimart Girsang,walau politisi terssebut sudah meminta maaf, dimana Buya dikatakan sebagai orang yang tidak jelas, padahal jelas Buya itu tokoh nasional yang secara terbuka mendukung Jokowi sampai rela dia jadi bemper pemerintahan Jokowi – JK, kl boleh mengutip Dosen UMJ, Mamum Murod “banyak piring kotor yang nyuci Buya’, ketika permasalahan memuncak Buya jadi ketua Independen masalah calon Kapolri, yang sampai saat ini belum juga diselesaikan oleh Presiden, padahal hanya satu keinginan Buya dan Tim independen lainnya batalkan Konjen Budi Gunawan menjadi kapolri, Buya sempat berkata “Berbuatlah sekehendakmu kalau memang ingin hancurkan negeri ini”. dan selamatkan Institusi KPK, Buya tidak mengharapkan imbalan bahkan tidak mengejar jabatan apapun, beliau ikhlas, berbeda dengan orang orang yang merasa paling berjasa memenangkan pasangan Jokowi – JK  dipilpres kemarin, mereka berbondong bondong meminta dan mengejar jabatan, sampai ada yang sudah jadi menteri, Jaksa Agung, Wantimpres, Kapolri, pejabat Publik lainnya, Komisaris, sampai keranah Bisnis penandatangan MoU Mobil Nasional, bahkan sampai waiting list menunggu kursi jabatan lainnya. seharusnya pemerintahan Jokowi ini memberikan kesejukan, kedamaian, ketrentaman, keadialan dan kesejahteraan kepada rakyatnya seperti keinginan seorang Ahmad Syafii Maarif sebagai warga negara Indonesia sama seperti kita, seharusnya diusia yang sudah senja beliau sudah sepantasnya menikmati hasil racikan pemerintah dibawah kepemimpinan jokowi yaitu ingin mendapatkan dampak dari Walfare State ala Indonesia kalau tidak merasakan minimal bisa melihat bagaimana harkat derajat rakyat indonesia diangkat, kalau tidak mampu memimpin, Buya jangan di suruh mendukung atas nama moralitas, kemudian menjadi Bemper, berfikir keras untuk menyelesaikan masalah demi masalah kebangsaan dan jokowi jangan membuat kegaduhan politik semakin panjang.

Semoga. Wallahu A’lam Bishawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun